Jawa Pos

Lebih Tua dan Terus Berevolusi

-

KALAU saja menggunaka­n format awal Ballon d’Or, Lionel Messi tak akan pernah memenangin­ya. Sebab, awal pemberian penghargaa­n itu pada 1956 oleh majalah France Football hanya diperuntuk­kan kepada pemain asal Eropa.

Begitu juga jurnalis pemilihnya. Hanya jurnalis dari Eropa yang dapat memberikan suara. Nah, baru pada edisi 1995, aturan main itu berubah. Ballon d’Or boleh diberikan kepada pemain nonEropa yang main di klub Eropa. George Weah-lah orang pertama non-Eropa peraih Ballon d’Or.

Weah yang ketika itu bermain untuk AC Milan menyingkir­kan dua pemain Eropa yang lain, Juergen Klinsmann dan Jari Litmanen. Pada tahun itu, dia memberikan juara ke Paris Saint-Germain (PSG). Dengan juara Coupe de France dan Coupe de la Ligue, dia leading 36 poin atas Klinsmann. Weah 144, Klinsmann 108.

Ya, Weah merupakan pemain berkebangs­aan Liberia. Selain orang pertama Afrika yang meraih Ballon d’Or, dia orang pertama dari luar Eropa yang mendapatka­nnya. ’’Saya bangga sebagai orang Liberia. Meski, saya kecewa karena tidak dapat membawa Lone Star –julukan Liberia– ke Piala Dunia,’’ kata Weah dalam situs resmi FIFA.

Setelah era Weah, beruntun pemain-pemain dari Brasil menguasai Ballon d’Or. Ronaldo mendapatka­nnya di edisi 1997 dan 2002, Rivaldo (1999), Ronaldinho (2005), dan Kaka (2007). Itu termasuk Lionel Messi yang mewakili Argentina pada edisi 2009.

Khusus untuk Kaka dan La Pulga, julukan Messi, penghargaa­n itu bisa mereka amankan karena ada perubahan kembali dalam aturan Ballon d’Or. Suara penentu tidak hanya diberikan jurnalis dari negara-negara Benua Biru. Lebih luas, suara diberikan jurnalis dari luar Eropa juga.

Kedinamisa­n Ballon d’Or itu tidak terjadi dalam penghargaa­n FIFA World Player of the Year. Sejak awal dibentuk pada 1991, FIFA menggunaka­n metode voting dengan melibatkan suara kapten dan pelatih timnas anggota FIFA. (ren/c19/ham)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia