Jawa Pos

Karena Pemain Akademi Tak Penuhi Selera Pelatih

Pro-kontra menyertai keputusan klub voli Gresik Petrokimia untuk menghapus program pembinaan pemain usia dini. Klub itu memutuskan menjadi klub voli profesiona­l murni. Kemajuan atau kemunduran? Setelah Gresik Petrokimia Menjadi Klub Voli Profesiona­l Murni

-

TIDAK ada keriuhan anak-anak ketika Jawa Pos mengunjung­i GOR Tri Dharma Petrokimia Gresik Selasa sore (1/11). Padahal, biasanya setiap pukul 15.00–17.30, GOR itu ramai dengan para pemain voli belia yang menjalani sesi latihan sore. Sebab, sejak September lalu, Petrokimia tidak lagi menjalanka­n pembinaan pada usia dini.

Kini penghuni peringkat ketiga pada Final Four Proliga 2016 tersebut mengubah mindset untuk merekrut dan memoles pemainpema­in yang kemampuann­ya setengah matang. Kabid Teknik Petrokimia Gatot Santoso menje- laskan, keputusan itu tidak lahir secara terburu-buru. Dari hasil rapat direksi maupun manajemen Persatuan Bola Voli (PBV) Petrokimia, ada beberapa poin yang menjadi argumentas­i utama untuk tidak lagi melakukan pembinaan.

Yang paling utama, keberadaan akademi itu sudah tidak memberikan dampak berupa output pemain bagi tim senior. Setelah era Lailatul Aisyah ( open spike) dan Claudia Yolanda ( tosser), pemain terakhir yang dianggap bisa menembus skuad, antara lain, Dinda Surya Anggraeni ( tosser) dan Asrita Irma Pitaloka ( quicker).

Namun, dua nama itu tidak menjadi pilihan utama pelatih saat ini, Li Huanning. Pelatih asal Tiongkok tersebut lebih mempriorit­askan untuk merekrut pemain seperti kapten tim junior Jawa Barat Wintang Dyah Kumala Sakti maupun Rani Setiawati.

Malahan, dalam dua tahun belakangan, klub yang identik dengan kostum hijau tersebut condong menjadi tim profesiona­l. Indikasiny­a terlihat saat mereka mendatangk­an Vika Kinani ( all-round) dan Afifah (

Dalam pandangan Gatot, pemainpema­in binaan saat ini harus diakui memiliki fisik yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelatih. Yang paling kentara adalah tinggi badan.

Pria yang juga menjadi asisten manajer tim Livoli itu melanjutka­n, anak-anak yang berasal dari akademi sering tidak memiliki keinginan untuk menjadi pemain voli. Hal tersebut sangat menyulitka­n tim pelatih untuk melakukan regenerasi. ’’Itulah yang membuat manajemen mengambil langkah tersebut,’’ terangnya.

Keputusan itu pun menuai reaksi dari banyak pihak. Lailatul menyayangk­an hal tersebut. Namun, sama dengan Gatot, dia yakin direksi dan manajemen pasti telah mempertimb­angkan banyak hal sebelum mengambil keputusan. ( apu/ c5/ tom)

 ?? ARDI PRIYATNO UTOMO/JAWA POS ?? TAK MEMBINA LAGI: Para pemain voli Gresik Petrokimia berlatih di kawasan Petrokimia. Manajemen menghapus akademi sejak September lalu. open spike).
ARDI PRIYATNO UTOMO/JAWA POS TAK MEMBINA LAGI: Para pemain voli Gresik Petrokimia berlatih di kawasan Petrokimia. Manajemen menghapus akademi sejak September lalu. open spike).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia