Proyek Bermasalah, Kontraktor Menyerah
GRESIK – Temuan proyek-proyek macet bermunculan. Jelang akhir 2016, tercatat 13 proyek belum selesai sampai akhir masa kontrak. Beberapa proyek bakal diputus kontrak karena pelaksananya sudah menyerah. Penawaran terlalu murah.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bambang Isdianto menyatakan sudah menjatuhkan denda terhadap 13 pelaksana proyek. Sebagian besar proyek yang terlambat adalah pekerjaan infrastruktur jaringan drainase. Ada juga pemeliharaan jalan atau jembatan.
Mengapa proyek terlambat? Dinas PU, kata Bambang, sudah mengklarifikasi. Hasilnya, faktor utama penyebab 13 proyek itu telat adalah problem teknis. Misalnya, penyediaan box culvert yang telat hingga problem cuaca.
Bagaimana dampak harga yang murah? Bambang menepis kabar tersebut. Menurut dia, banyak proyek infrastruktur yang bisa selesai meski harganya jauh lebih rendah daripada penawaran awal. ”Jadi, lebih pada faktor teknis,” ujarnya.
Temuan Jawa Pos di lapangan menyebutkan, jor-joran harga merupakan pemicu negatif fenomena proyek bermasalah. Sebab, di antara 13 proyek yang telat, sebagian besar nilainya turun signifikan dari pagu awal.
Misalnya, proyek saluran di Raya Morowudi Cerme. Proyek tersebut seharusnya selesai akhir Oktober. Namun, realisasinya baru mencapai 20 persen. Pagu awal proyek Rp 1,9 miliar, tetapi kontraktor pemenang berani menawar Rp 1,35 miliar.
Komisi C (pembangunan) DPRD Gresik menyatakan, kontraktor proyek itu sudah angkat tangan. Proyek tersebut bakal dihentikan. ”Sejak awal, kami yakin proyek ini bakal terhenti karena terlalu murah,” kata Ketua Komisi C M. Syafi’AM. (ris/c21/roz)