Daging Stagnan, Sapi Impor Banjiri Jatim
SURABAYA – Harga daging sapi segar di pasaran cenderung stagnan. Berdasar data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, sejak Juli lalu, harga daging cenderung melandai. Harga yang stabil tersebut justru membuat para pedagang sapi enggan memotong sapi di rumah pemotongan hewan (RPH).
Akibatnya, jumlah sapi yang dipotong di RPH turun. Dulu setiap hari bisa dipotong di atas seratus ekor, kini maksimal seratus ekor. ’’Bahkan, sekarang selalu di bawah itu, 90–100 ekor per hari,’’ kata Ketua Paguyuban Pe- dagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthowif.
Data Disperindag Jatim menunjukkan, harga rata-rata pada Oktober lalu mencapai Rp 104.625 per kilogram (kg), turun dari September Rp 105.260 per kg. Pada Agustus, dihargai Rp 105.207 per kg. Padahal, pada Juli lalu, harganya mencapai Rp 108.012 per kg. Harga yang cenderung stagnan bahkan turun tersebut dinilai tidak menarik bagi pedagang.
Menurut dia, harga yang stagnan itu disebabkan peredaran daging impor. Bahkan, peredarannya merata di seluruh pasar basah di Jatim. ’’Secara normatif, daging sapi maupun kerbau impor memang dilarang masuk Jatim,’’ jelasnya. Karena itu, perlu kembali ditegaskan soal pelarangan tersebut. Sebab, peredaran daging impor secara jangka pendek maupun panjang tidak bisa menumbuhkan perekonomian daerah, terutama dari sisi nilai tambah.
Harga daging sapi lokal bertahan Rp 105.000–110.000 per kg. Sementara itu, harga jual daging impor bervariasi, mulai Rp 60.000–80.000 per kg. ’’Bagi pedagang, keuntungan jual daging impor juga lebih besar,’’ tandasnya. (res/c16/agm)