Jawa Pos

LKD Tak Menguntung­kan Perbankan

-

JAKARTA – Model bisnis layanan keuangan digital (LKD) kurang menguntung­kan. Meski demikian, perbankan perlu menyediaka­nnya untuk mendukung efisiensi.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmad­ja mengungkap­kan, komisi yang diperoleh perbankan dari uang elektronik habis untuk pembelian kartu. Sebab, satu kartu bernilai Rp 20–30 ribu.

Meski demikian, Jahja mengakui bahwa pengembang­an LKD memungkink­an perbankan melakukan efisiensi melalui penguranga­n cash handling. BCA juga sedang menguji coba LKD digital. Dia pun tidak menampik bahwa LKD milik BCA bisa bekerja sama dengan bank lain melalui co-branding.

Sementara itu, Direktur Digital Banking dan Teknologi PT Bank Mandiri Tbk Rico Usthavia Frans menyebutka­n bahwa pihaknya tak lagi mengejar target jumlah agen LKD. Kini Mandiri mengupayak­an peningkata­n manfaat dari 25 ribu agen LKD-nya.

Bank Mandiri pun menyiasati agar satu agen LKD sekaligus menjadi agen Layanan Keuangan tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Jumlah agen Laku Pandai per September mencapai sekitar 12 ribu orang. Agen LKD dan Laku Pandai bisa menjadi agen institusio­nal seperti ritel dan Bank Perkredita­n Rakyat (BPR) serta individu.

Rico mengakui bahwa potensi LKD cukup besar. Bukan hanya LKD berbentuk kartu, tetapi juga aplikasi digital. ’’ Yang punya ponsel pintar kan banyak, ada sekian juta orang,” ucapnya.

Untuk memaksimal­kan potensi tersebut, regulator, agen dan perusahaan telekomuni­kasi harus bersinergi menyediaka­n layanan terbaik. (gen/c18/noe)

 ?? FRIZAL/JAWA POS ?? INOVATIF: Jae Hoon-kwon (kiri) mencoba televisi curve ketika membuka Samsung Super Store di Hartono Elektronik­a Kertajaya kemarin (4/11).
FRIZAL/JAWA POS INOVATIF: Jae Hoon-kwon (kiri) mencoba televisi curve ketika membuka Samsung Super Store di Hartono Elektronik­a Kertajaya kemarin (4/11).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia