Punya Ayah yang Gila Balap dan Kolektor Ferrari
Masuknya nama pembalap muda Kanada Lance Stroll untuk mendampingi Valtteri Bottas di tim Williams-Mercedes membuktikan bahwa skill saja tak cukup untuk bisa mendapatkan kursi balap di Formula 1. Dukungan dana besar, dalam banyak kasus pembalap debutan, ju
NAMA Lance Stroll menjadi kasak-kusuk di F1 sejak pertengahan musim ini. Stroll makin menjadi sorotan ketika merengkuh kesuksesan di Formula 3 Eropa dan menjadi juara tahun ini. F3 Eropa adalah ajang yang sama untuk rising star Red Bull-Renault Max Verstappen finis ketiga di klasemen akhir pembalap musim sebelumnya.
Tidak hanya menjadi juara, Stroll juga sangat dominan di kejuaraan tersebut. Setelah finis kelima pada musim sebelumnya, status juara musim ini sekaligus membuat Stroll mengamankan super license yang dibutuhkan untuk bisa mengendarai mobil F1. Pada 2014, dia menjuarai Formula 4 Italia. Saat mengikuti sesi latihan bebas pada seri pertama GP Australia musim depan, pemuda 18 tahun tersebut akan menjadi pembalap F1 termuda kedua sepanjang masa setelah Verstappen.
Sebagaimana Verstappen saat memulai debutnya di F1 pada usia 17 tahun, saat ini Stroll juga belum mengantongi surat izin mengemudi mobil di jalan umum. Bahkan, sponsor utama Williams, brand minuman beralkohol Martini, harus menunda pengumuman lini balap tim musim depan. Sebab, di Inggris, usia minimal diperbolehkan mengonsumsi minuman beralkohol adalah 18 tahun. Stroll berulang tahun ke-18 pada 29 Oktober lalu.
Tidak ada cara instan untuk meraih kesuksesan di level Stroll. Dia diberkati dengan skill sekaligus uang berlimpah. Ayahnya, Lawrence Stroll, miliarder Kanada, membiayai sejumlah uji coba privat musim ini dengan FW36, mobil F1 milik Williams yang berusia dua tahun.
”Tentu banyak lagi elemen yang harus dipelajari dan saya masih sangat muda. Saya sudah mengendarai Williams FW36 sejak Agustus dan semuanya berjalan dengan baik,” terangnya.
Ayahnya, menurut data Forbes, memiliki kekayaan setara USD 2,4 miliar atau Rp 31,4 triliun. Dia dikenal sebagai kolektor mobil klasik Ferrari dan investor pada sejumlah lini fashion ternama dunia. Di antaranya, Ralph Lauren dan Tommy Hilfiger. Bisnis terbesarnya memang terdapat di bidang ritel. Pria 56 tahun tersebut juga salah satu pemilik tim Prema, tempat Stroll memenangi F3 Eropa musim ini.
Rencana awal, Stroll turun di ajang GP2 bersama Prema musim depan. Namun, keluarga dan Williams akhirnya memutuskan untuk langsung menurunkannya di F1. Stroll bergabung dengan akademi balap Williams sejak 2015. Sebelumnya, sejak masih berusia sebelas tahun, juara Toyota Series Championships 2014 tersebut menjadi bagian dari akademi Ferrari.
Lawrence Stroll ikut mendirikan Sportswear Holdings Ltd yang berpartner dengan pengusaha Hongkong Silas Chou, yang membantunya meraih kesuksesan dengan brand seperti Tommy Hilfiger. Merek tersebut relatif tak dikenal saat keduanya mengakuisisinya pada 1989. Pada 2003, Lawrence membeli 52 persen saham Michael Kors. Di bawah kepemimpinannya, fashion brand dari New York itu melakukan penetrasi pasar.
Lawrence kemudian membantu Michael Kors untuk melakukan IPO pada 2011 meski akhirnya menjual sahamnya pada 2014. Saking besarnya kecintaannya terhadap dunia motorsport, namanya sempat disebutsebut akan menggantikan Bernie Ecclestone sebagai bos F1 Group. Tambahan yang menunjukkan kegilaannya di dunia motorsport, Lawrence merupakan pemilik Sirkuit Mont-Tremblant di Quebec.
Sebagai kolektor mobil Ferrari, Lawrence dikabarkan punya koleksi lebih dari 25 unit. Belum lagi mobil mewah merek lain seperti McLaren dan Porsche. Salah satu koleksinya adalah Ferrari 330 P4, mobil yang diimpikannya sejak kanak-kanak. ”Saat saya mengendarai mobil ini, saya merasa tangguh. Saya mengeksploitasi performa mobil-mobil itu 100 persen. Saya tidak memperlakukannya seperti mobil-mobil koleksi museum,” kata Lawrence seperti dikutip majalah resmi Ferrari.
Pada 2013, Lawrence dikabarkan memenangi lelang penjualan mobil langka Ferrari 275 GTB/4*S NART buatan 1967. Dia menebusnya dengan harga USD 27,5 juta (Rp 359,3 miliar) dari rumah lelang RM Auctions di Monterey. Itu menjadi pembelian mobil termahal kedua di dunia setelah Mercedes-Benz W1954 seharga USD 29,7 juta. Mobil tersebut pernah dikendarai juara dunia F1 lima kali pada 1950-an Juan Manuel Fangio untuk balapan. (cak/c11/ady)