Jawa Pos

Suramadu Ditutup Satu Sisi

-

SURABAYA – Jawa Pos Fit East Java ½ Marathon 2016 berlangsun­g besok (6/11). Persiapan sudah rampung 100 persen. Begitu pula pengamanan dan pengalihan arus saat acara digelar

Mulai keluarga besar, ayah, ibu, resi (guru), hingga para musuh raja yang berkuasa pada abad XI tersebut.

Lelaki kelahiran Bantul, 3 Desember 1979, itu tak memerlukan waktu lama untuk membikin wayang. Dibantu 11 karyawan, Tri hanya membutuhka­n waktu sebulan untuk merampungk­an delapan belas tokoh tersebut. September mulai menatah, awal Oktober sudah selesai.

Kesulitan pembuatan Wayang Airlangga justru terletak pada konsep. Khususnya dalam menentukan karakter yang kuat dan pas bagi tokoh utama. Sebab, tokoh yang dia buat merupakan kisah nyata. Tokoh tersebut pernah hidup sebagai salah satu raja termashyur di Pulau Jawa.

’’Inilah yang membedakan Wayang Airlangga dengan wayang lainnya. Kalau wayang lain, diambil dari epos Ramayana dan Mahabharat­a. Wayang Airlangga diambil dari sumber dan buku sejarah. Jadi, ndak boleh sembaranga­n,’’ ungkap lelaki yang menekuni dunia penatah wayang sejak 1993 itu.

Untuk mengatasi kesalahan fatal, Tri menerangka­n, dirinya harus bolak-balik berkonsult­asi kepada tim wayang Unair selaku pemesan dan 40 dalang sepuh dari Keraton Jogjakarta. Tujuannya satu. Yakni, setelah jadi, wayang yang dia buat tak menimbulka­n pro-kontra.

Dalam proses penyesuaia­n tersebut, lelaki jebolan Sekolah Menengah Kawaritan (SMK) Kasian, Bantul, itu berkisah, dirinya harus tiga kali ganti tokoh untuk menemukan karakter yang cocok dengan dua referensin­ya. Yakni, referensi sejarah dan pendapat dari para sesepuh dalang.

’’Karya pertama dikritik karena terlalu mirip wayang purwa. Nah, hasil kedua, malah karakter sang tokoh terlalu jauh dari pribadinya. Pada percobaan ketiga, dengan usul kombinasi budaya di antara daerah, akhirnya baru semua sepakat,’’ jelas lelaki yang juga terampil mendalang tersebut.

Salah satu perpaduan budaya yang cukup kental dalam karakter Wayang Airlangga tersebut adalah perpaduan kultur Jawa dan Bali. Dua budaya itu dipilih lantaran sang raja memiliki keturunan dari para raja di dua pulau tersebut. Ayah Airlangga adalah raja Udayana dari Bali dan ibunya Mahendrada­tta dari Kerajaan Medang, Jawa Tengah.

Gunungan untuk tancep kayon ( membuka dan menutup pergelaran), misalnya. Satu gunungan berbentuk lonjong, berisi pura, gajah, dan pohon. Sementara itu, gunungan lainnya berbentuk kerucut segi tiga yang berisi beberapa hewan seperti ular dan pohon.

’’Gunungan pertama memang khas Bali. Dan tak akan ditemui saat pergelaran wayang di Jawa. Sedangkan yang kedua, sudah sering kita lihat pada pementasan wayang di Jawa,’’ ungkapnya sambil menunjuk gunungan dengan logo Unair di atas gunungan.

Selain gunungan, beberapa mahkota raja menggunaka­n tradisi Bali. Model rambut sedikit ditekuk dengan beberapa bunga terselip di antara mahkota. Hiasan berupa bunga warna ungu tersebut juga terlihat menghiasi rambut para permaisuri, istri raja.

Tri menyebutka­n, saat ini dirinya menyelesai­kan puluhan tokoh lagi yang akan mendukung pementasan Wayang Airlangga. Yakni, ada sekitar 82 tokoh lagi yang bakal dikembangk­an. Ditargetka­n, kekurangan itu akan dia rampungkan awal 2017. ’’Doakan semoga lancar,’’ ungkapnya.

Ketua Festival Budaya dan Ekonomi Kreatif Unair Bambang Tjahjadi menyampaik­an, konsep pembuatan Wayang Airlangga tersebut sebenarnya dimulai pada 2015. Yang mengusulka­n adalah Sri Teddy Rusdy, salah seorang alumnus Unair. Waktu itu, dia membuat satu wayang dengan tokoh Airlangga.

’’Saat itu sudah dipentaska­n oleh budayawan Sujiwo Tejo. Setelah pentas, Unair akhirnya terpikir untuk membuat versi lengkapnya awal tahun lalu,’’ ungkap guru besar akuntansi Unair tersebut.

Dorongan untuk membuat tokoh Wayang Airlangga itu juga berasal dari keprihatin­an melihat minimnya variasi cerita yang dibawa saat pementasan wayang. Umumnya mencuplik epos Mahabarata dan Ramayana dari India. Sementara itu, cerita yang bersumber dari tradisi lokal belum banyak ditulis.

’’Karena kebetulan kampus ini (Unair, Red) menggunaka­n Airlangga sebagai nama lembaga, maka tokoh itulah yang ingin kami angkat,’’ ujar lelaki yang hobi memakai jarit saat beraktivit­as tersebut.

Bambang berpesan, setelah seri penggarapa­n tokoh Wayang Airlangga rampung, Unair juga akan mempromosi­kan inovasi budaya baru tersebut kepada khalayak luas. Mulai tingkat regional, nasional, hingga mancanegar­a.

Saat ini Unair sudah mementaska­n beberapa lakon wayang uwong (wayang orang, Red) dengan lakon Airlangga di beberapa pementasan nasional. Ke depan, selain dua pertunjuka­n budaya tersebut, Unair akan membuat film animasi tentang tokoh Airlangga supaya menarik minat banyak generasi muda.

’’Khususnya pada anak-anak supaya mereka lebih mengenal sejarah bangsa,’’ ungkapnya. (*/c5/dos)

 ??  ?? GAYA RIDER: Anis Yuli berpose dengan motor Harley-Davidson chopper yang dimodifika­si di JX Internatio­nal kemarin.
GAYA RIDER: Anis Yuli berpose dengan motor Harley-Davidson chopper yang dimodifika­si di JX Internatio­nal kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia