Digembleng Bebaskan Sandera dari Teroris
SURABAYA – Rombongan pejabat negara terlihat melaju dengan dikawal dua petugas kepolisian. Saat melintas di Jalan Watukosek, Gempol, mendadak muncul dua pria bersenjata. Mereka mencegat rombongan itu. Seorang pejabat diculik. Pejabat tersebut disandera dan dibawa ke sebuah bangunan kosong
Para pelaku teror terus memberondongkan tembakan secara brutal. Dari radio, terdengar suara anggota pengawal yang meminta bantuan. Permintaan tersebut langsung direspons satuan Brimob dengan mengirimkan pasukan wanteror.
Operasi pembebasan pun dimulai. Aksi saling tembak tidak bisa dihindari. Para sniper bersiap di posisi. Suasana mencekam.
Apalagi saat pasukan wanteror semakin dekat dengan lokasi penyanderaan. Pertempuran jarak dekat semakin menegangkan ketika pasukan Brimob menggunakan alat pendobrak untuk membuka pintu yang terkunci. Pasukan pemberani itu akhirnya berhasil melumpuhkan dua peneror dan menyelamatkan sandera.
Namun, mereka harus bergegas keluar. Sebab, di dalam bangunan terdapat bom aktif yang siap meledak. Waktunya tidak banyak. Beberapa detik kemudian, ledakan cukup dahsyat terjadi. Beruntung tidak ada korban jiwa.
Sorak-sorai penonton terdengar dari berbagai penjuru. Memang, adegan pembebasan sandera tersebut bukan aksi beneran. Hanya demonstrasi. Demonstrasi ini adalah buah dari gemblengan selama 30 hari latihan di sini (Pusat Diklat Brimob Watukosek),’’ jelas Gubernur Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK PTIK) Polri Irjen Pol Sigid Tri Harjanto.
Demonstrasi di Lapangan Latih Pusdik Brimob Watukosek tersebut merupakan rangkuman dari kegiatan latihan Ulet yang mereka dapatkan. Ulet menjadi kegiatan terprogram. Setiap mahasiswa baru STIK PTIK Polri wajib ikut.
Kenapa dinamakan Ulet? Pria dengan dua bintang di pundaknya itu menjelaskan, nama tersebut dipilih karena calon mahasiswa harus menjadi orang yang tabah, tegar, dan memiliki semangat juang yang tinggi. Sifat ulet ini wajib dimiliki calon mahasiswa agar mereka selalu kuat,’’ jelasnya.
Materi yang diberikan lebih banyak seputar kepemimpinan lapangan. Terutama pengambilan keputusan. Tidak heran jika latihannya seputar SAR, wanteror, hingga sniper.
Periode Oktober–November tahun ini adalah masa angkatan ke-73. Ada 135 mahasiswa yang mengikuti pelatihan. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga, dari berbagai kepangkatan. Senin nanti mereka masuk kelas di STIK PTIK, Jakarta.
Mayoritas yang berpangkat AKP, ada juga polwan,’’ lanjut Sigid.
Dia berharap jiwa ulet yang digemblengkan selama pelatihan bisa terus melekat pada pasukannya. Dengan begitu, kinerja Polri bisa lebih profesional dan optimal. Mereka harus lebih baik dari pendahulunya agar citra kepolisian semakin positif,’’ tegasnya. (aji/c15/oni)