Jawa Pos

Punya Modal Rp 18 Miliar dan Aset Rp 25 Miliar

KPRI Delta Makmur, Koperasi Paling Makmur Se-Kota Delta Berdiri pada 1978, Koperasi Delta Makmur Sidoarjo sempat dua kali sakit parah. Modal usahanya habis. Sejak era 90-an, pengurus yang baru berjuang keras memperbaik­inya. Kini Delta Makmur menjadi koper

- ARISKI PRASETYO HADI

HARI beranjak sore. Tiga pegawai Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Delta Makmur masih bertahan di kantornya di Jalan Ahmad Yani. Mereka adalah Muhammad Muhtar, Muhammad Zainuddin, dan Didik Rudianto. Ketiganya sedang menunggu pegawai pemkab yang hendak membayar angsuran atau meminjam uang.

Selang beberapa menit, seseorang yang mengenakan jaket merah dan topi krem datang. Dia langsung duduk di depan meja Zainuddin. Setelah ngobrol, pria itu mengambil tas pinggangny­a. Dia lantas menyerahka­n segepok uang Rp 50 ribuan. ’’Ini untuk membayar angsuran pegawai PD Aneka Usaha,’’ ucap Prasetyo Hadianto, pria yang menyerahka­n uang tersebut, Kamis lalu (3/11).

Hadianto tidak melaporkan jumlah uang itu secara pasti. Dia hanya menyatakan bahwa uang tersebut berasal dari setoran pegawai PD Aneka Usaha yang meminjam uang ke KPRI Delta Makmur. ’’Bunganya kecil. Jadi, kalau butuh uang, kami pinjam ke sini (KPRI Delta Makmur, Red),’’ ucapnya.

KPRI Delta Makmur memang terlihat seperti koperasi pegawai pada umumnya. Didirikan sesuai prinsip dasar koperasi, yaitu menyejahte­rakan anggotanya. Dalam hal ini, memenuhi seluruh kebutuhan PNS Pemkab Sidoarjo

Koperasi Delta Makmur bisa disebut sebagai koperasi tersehat di Sidoarjo. Kini asetnya mencapai Rp 25 miliar. Cukup besar untuk lembaga selevel koperasi PNS. Delta Makmur juga berani memberikan pinjaman besar kepada anggota. Tak tanggung-tanggung, nominalnya mencapai Rp 70 juta. Setara dengan pinjaman bank. Yang terpenting, bunga pinjamanny­a kecil. Tahun ini Delta Makmur mematok bunga pinjaman 0,75 persen.

Koperasi itu terlahir pada 1978. Sayang, pemkab tidak mempunyai arsip yang menyebut tanggal pastinya. Yang ada hanya catatan bahwa Delta Makmur menggelar rapat anggota tahunan (RAT) pada 11 April 1987. Ketika itu simpanan wajibnya Rp 750 dan simpanan pokok Rp 500.

Meski kini tergolong sehat, perjalanan koperasi tersebut tak melulu mulus. Bahkan, dalam sejarahnya, Delta Makmur dua kali mengalami pemutihan karena tidak dijalankan dengan baik. Akhirnya, modal koperasi menjadi cekak. Bisa ditebak, setelah itu, koperasi langsung kolaps.

Saat itu kondisi Delta Makmur bak kapal tanpa awak. Anggota dan pengurusny­a tak lagi peduli dengan koperasi. Banyak anggota yang tidak membayar angsuran.

Kebangkita­n koperasi pegawai itu dimulai pada era 90-an. Ketua Koperasi Delta Makmur Sri Witarsih menjelaska­n, saat itu pemkab mengambil tindakan tegas dengan mengganti sejumlah pengurus. Posisi ketua diserahkan kepada Hartono. ’’Dulu Pak Hartono adalah kepala Dinas Pasar Sidoarjo,’’ ujarnya.

Pelan tapi pasti, KPRI Delta Makmur merangkak naik. Setelah Hartono, tepatnya pada 2010, kepemimpin­an dilanjutka­n Sri Witarsih. Sebelumnya, Sri menjabat sekretaris Delta Makmur.

Saat Sri menjabat ketua, koperasi itu sudah berjalan normal. Namun, koperasi masih membutuhka­n sentuhan perbaikan. Misalnya, segi kepercayaa­n pegawai untuk memanfaatk­an koperasi.

Selain itu, banyak pengurus yang mempriorit­askan kepentinga­n sendiri. Misalnya, anggota bisa seenaknya melakukan pinjaman. Besar pinjaman pun gampang ditentukan.

Kekurangan lainnya adalah modal. Dulu, Delta Makmur sering meminjam uang ke bank. Pinjaman yang diajukan ke bank cukup besar. Hal itu menjadi masalah di kemudian hari. Sebab, pinjaman ke bank juga berbunga. ’’Setahu saya, sampai Rp 2 miliar,’’ kata Sri.

Setelah Sri duduk menjadi ketua, perombakan dilakukan. Sejumlah pengurus diganti. Dia menyerahka­n jabatan wakil ketua kepada Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo M. Bahrul Amig. Sementara itu, jabatan sekretaris ditangani Sekretaris Badan Kepegawaia­n Daerah (BKD) Sidoarjo Martha Wara Kusuma.

Setelah membentuk pengurus, penataan Delta Makmur dilakukan. Pertama, menumbuhka­n kepercayaa­n PNS dan merekrut anggota. Kepala BKD Sidoarjo tersebut rela keluar masuk dinas. Dia menawarkan sejumlah fasilitas Delta Makmur kepada seluruh PNS.

Selain jalur informal, Sri menggunaka­n jalur formal. Yakni, berkirim surat kepada pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Surat itu menjelaska­n fasilitas Delta Makmur. ’’Intinya, sebagai promosi,’’ ucapnya, lantas tersenyum.

Berkat perjuangan tersebut, jumlah anggota Delta Makmur semakin banyak. Dari 2.351 orang pada 2004 menjadi 3.419 orang pada 2014. Bahkan, pada 2015, jumlah anggota kembali naik menjadi 3.507 orang. Tambahan anggota itu turut mengerek jumlah modal koperasi. Pada 2004 modal Delta Makmur hanya Rp 1,5 miliar. Setelah sejumlah PNS menjadi anggota, modalnya naik tajam menjadi Rp 14 miliar pada 2014 dan Rp 18 miliar pada 2015.

Asetnya juga naik. Pada 2004 aset Delta Makmur masih berkisar Rp 2 miliar. Namun, aset meningkat menjadi Rp 19 miliar pada 2014 dan Rp 25 miliar pada 2015.

Sri harus kreatif dalam menjalanka­n roda koperasi. Untuk tetap hidup, koperasi membutuhka­n suntikan dana selain iuran wajib. Dia mengaku menggelar gerakan belanja ke koperasi. Sebulan sekali anggota harus berbelanja minimal Rp 10 ribu di koperasi. ’’Meski kecil, kalau anggotanya banyak, ya jadi banyak,’’ katanya. Kini KPRI Delta Makmur menjadi sehat. ’’Sekarang kami membayar angsuran utang kami ke bank. Tidak lagi meminjam,’’ imbuhnya. (*/c18/pri)

 ?? ARISKI PRASETYO HADI/JAWA POS ??
ARISKI PRASETYO HADI/JAWA POS
 ?? ARISKI PRASETYO HADI/JAWA POS ?? LEBIH TERTIB: Staf KPRI Delta Makmur M. Zainuddin (kiri) dan M. Muhtar melayani anggotanya, Prasetyo Hadianto. Foto atas, Ketua Koperasi Delta Makmur Sri Witarsih.
ARISKI PRASETYO HADI/JAWA POS LEBIH TERTIB: Staf KPRI Delta Makmur M. Zainuddin (kiri) dan M. Muhtar melayani anggotanya, Prasetyo Hadianto. Foto atas, Ketua Koperasi Delta Makmur Sri Witarsih.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia