Berawal dari Keinginan Mengembangkan Potensi Wisata Pantai
Selain dikenal sebagai Kota Marmer, Tulungagung ternyata menjadi sentra kopi cethe. Kini mulai banyak produk kopi yang bermunculan seperti kopi mangrove ciptaan Ikbar Sallim Al Asyari.
KOPI cethe begitu identik dengan Tulungagung. Sebab, hampir di seluruh sudut kota itu banyak berdiri warung kopi (warkop) cethe yang selalu dibanjiri pelanggan. Itulah yang membuat Ikbar Sallim Al Asyari, 21, berinovasi menciptakan kopi jenis lain bagi para penggemarnya, yaitu kopi dari buah pohon bakau ( mangrove).
Ditemui saat mengikuti pameran produk unggulan di Kota Marmer di kawasan Jalan A. Yani Timur kemarin (8/11), Ikbar sedang berdiskusi dengan Adib Hasani yang tak lain rekannya dalam membangun usaha kopi mangrove. Ketika itu mereka berdua sibuk menata beberapa berkas terkait dengan kopi produksinya. Ya, ternyata waktu itu mereka mempersiapkan berbagai keperluan untuk mendaftarkan hasil olahannya agar tercatat sebagai produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dinas terkait. Itu dilakukan agar kopi buatannya bisa lebih berkembang dan dapat diedarkan ke khalayak luas.
”Maaf, saya tinggal menata berkas sebentar. Sebab, ini permintaan pegawai diskop dan UMKM agar usaha kami cepat berkembang sambil menunggu izin pangan industri rumah tangga (PIRT) keluar,” ungkap Ikbar.
Setelah selesai mempersiapkan berkasnya, Ikbar mengajak Jawa Pos Radar Tulungagung berbincang. Beberapa saat berselang, dia menjelaskan kopi mangrove buatannya. Ternyata, kopi tersebut dibuat berkat keinginannya untuk mengembangkan kawasan pesisir pantai, terutama di Pantai Sine, masuk Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Saat itu Ikbar mengajak masyarakat setempat peduli dengan keadaan alam sekitar untuk menanam tanaman bakau. ”Saya baru memulai pada tahun ini setelah lulus kuliah. Namun, ketika menanam tanaman itu, terselip di pikiran untuk memanfaatkannya agar ekonomi masyarakat setempat ikut terangkat,” jelasnya.
Alasan itulah yang membuatnya melakukan berbagai penelitian terkait kandungan buah mangrove serta manfaatnya. Dia akhirnya memutuskan untuk membuat kerupuk dan tepung dengan bahan dasar buah mangrove.
Namun, ternyata kerupuk dan tepung kurang cocok bagi masyarakat sekitar. Sebab, tidak ada antusiasme masyarakat setempat tentang hal tersebut. Justru itu membuatnya terus berinovasi untuk membuat produk baru dari bahan tersebut.
Ikbar sukses memberdayakan masyarakat ikut ambil bagian dalam membangun daerah pesisir pantai dengan menanam bakau. Dia juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan ikut memproduksi kopi. Niatnya untuk mengenalkan kopinya itu pun semakin kuat.
Maka, Ikbar tidak berpikir lama lagi untuk mengajukan proposal terkait kopi mangrove ke Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Surabaya. Ternyata, pengajuan proposal tersebut disambut baik pihak Kedubes AS di Surabaya hingga diserahkan ke Kedubes AS pusat di Jakarta.
Akhirnya dia terpilih bersama empat orang dari Indonesia lainnya dari berbagai macam latar belakang untuk berangkat ke AS pada 24 September hingga 29 Oktober lalu.
Beberapa kali dia mengenalkan produk kopi buatannya saat melakukan presentasi. (din/c9/diq)