Usul Ditolak, Tetap Bikin Desain Flyover
BBPJN Minta Audiensi Wali Kota
SURABAYA – Pemkot Surabaya menolak usul pembangunan flyover untuk mengurai crossing di bundaran Dolog. Meski begitu, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII tidak menyerah. Kini lembaga itu berencana mendatangi Wali Kota Tri Rismaharini untuk memaparkan desain jalan layang sebagai ganti proyek underpass yang ditangguhkan karena biayanya terlalu besar.
’’Dalam waktu dekat, Kabalai (Kepala BBPJN VIII I Ketut Darmawahana, Red) memang berencana bertemu dengan Bu Risma untuk membahas proyek underpass yang batal dibangun tahun ini,’’ kata Kepala Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII Yudhi Widargo.
Namun, Yudhi belum tahu tepatnya kunjungan tersebut dilakukan
Sebab, BBPJN VIII masih mematangkan desain flyover yang akan ditawarkan sebagai ganti underpass. Sebenarnya, ungkap Yudhi, sejak awal balai besar mengusulkan pembangunan flyover untuk mengurai crossing kendaraan dari arah Surabaya ke Sidoarjo dengan kendaraan dari Sidoarjo yang hendak melaju ke Jalan Jemur Andayani. Namun, usul itu ditolak. Pemkot ingin underpass.
BBPJN pun membikin desain underpass sesuai dengan rencana tata kota Surabaya. Desain berkali-kali diubah. Tujuannya, anggaran yang digelontorkan tidak terlalu besar. ’’Sampai akhirnya, kami mengusulkan ke RKP (rencana kerja pemerintah, Red) dan tetap ditolak karena dirasa proyek tidak prestisius,’’ papar Yudhi. Karena itu, tambahnya, BBPJN VIII berencana kembali ke rencana awal. Yakni, membangun jembatan layang di bundaran Dolog.
Yudhi menuturkan, pemkot menolak pembangunan flyover karena dianggap bakal mematikan ekonomi daerah di bawah jembatan layang. Apalagi, selama ini Jalan Ahmad Yani ditetapkan sebagai pusat kawasan bisnis. Namun, berdasar kajian BBPJN, kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi. Sebab, flyover bundaran Dolog hanya sepanjang 860 meter. Sama dengan desain underpass, flyover bundaran Dolog dibangun mulai seberang Dinas Kesehatan Jatim hingga seberang Rumah Makan Primarasa.
Selain itu, flyover bakal dibangun di dua lajur paling kanan Jalan Ahmad Yani. Lebarnya sekitar 8 meter. Yudhi yakin flyover bundaran Dolog tidak akan mematikan perekonomian daerah di bawah jembatan layang. Sebab, flyover diapit frontage road. ’’Kalau flyovernya di frontage, mungkin ekonomi daerah sekitar bisa mati. Tapi, jembatan ini kan di Jalan Ahmad Yani. Jadi, di daerah kanan dan kiri jalan tidak ada rumah penduduk,’’ terangnya.
Meski Risma sudah beberapa kali menyatakan tidak setuju dengan pembangunan flyover, BBPJN tetap akan membuat desain. Andai Risma masih tidak setuju, mereka bakal membahas upaya jangka pendek untuk mengurai crossing di bundaran Dolog. Sebab, menurut Yudhi, crossing di bundaran Dolog harus segera diselesaikan. Sebab, dampak crossing tersebut adalah mengurai macet di Jalan Ahmad Yani. ’’Harapan kami, lalu lintas di jalan nasional tidak sampai macet. Sebab, fungsi jalan nasional adalah jalur cepat penghubung antardaerah,’’ tandasnya. (rst/c14/git)