Pakai Film & CD Pembelajaran
Otak anak berkembang pesat pada usia 0–6 tahun. KB-TK Islam Al Azhar 35 punya solusi untuk menanamkan karakter positif pada murid-murid belia tersebut.
KEITH Jordan Alexandro Khan dan Achmad Maliki Al Hanuf terlihat ceria kemarin (8/11). Kostum pelangi dan bebek yang dikenakan membuat mereka tampak lucu. Keduanya saling menyatukan kedua tangan, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi hingga membentuk terowongan.
Teman-temannya yang ikut bermain memasuki terowongan sambil bernyanyi. Ya, mereka sedang bermain ular naga. Ketika lagu habis, anak yang berada pas di dalam terowongan akan tertangkap. Dia harus memilih ikut menjadi pasukan katak atau pasukan bebek. Tanpa disadari, mereka mengenal berhitung dan bekerja sama.
Selain ular naga, banyak permainan tradisional yang lantas dikemas dalam compact disc (CD) pembelajaran sekolah. Termasuk engkle, domikado, cublak-cublak suweng, layangan, hingga petak umpet.
Kepala KB-TK Islam Al Azhar 35 Catur Prasetianingsih mengatakan, ada beberapa CD pembelajaran untuk siswa. Yakni, Ayo Bermain, Mari Bernyanyi, Mari Mengaji, serta film One Day at School. Ada juga Metode Terjemah Alquran Tamyiz.
Menurut Naning, sapaan Catur, film dan CD pembelajaran itu berawal dari hobi dan kreativitas para guru. Ada guru yang suka bernyanyi, mendesain, membuat kostum, hingga guru yang suka editing. Para guru berkolaborasi sehingga ditemukan solusi belajar yang efektif. ”Ibarat hafalan rumus, lebih cepat dengan nyanyian dan visual,” katanya.
Saat pertama datang ke sekolah, ada beragam ekspresi siswa. Banyak yang menangis, cembe- rut, diam, maupun ketakutan. Tidak sedikit yang bingung, belum tahu letak sepatu dan tas. Halhal yang menghadirkan ketidaknyamanan itu harus diubah. Anak-anak harus ceria, percaya diri, dan riang. Naning pun berupaya berdialog dengan mereka. ”Saya tanya-tanya ke anak, saya jawab-jawab sendiri. Karena saat itu mereka masih pendiam. Yang penting berdialog,” ujarnya. Targetnya, imbuh Naning, anak-anak didiknya bisa bercerita dan berekspresi.
Mayasari Kuluki adalah guru yang menjadi sutradara film One Day at School. Sementara itu, Pradanti Wenda Kertajanggi menjadi editornya. ”Musiknya tidak jauh dari lagu-lagu anak,” tuturnya.
Dia menegaskan, anak-anak pada usia emas cenderung meniru perilaku yang dilihatnya. Karena itu, anak-anak harus dibiasakan mendengar atau melihat hal-hal yang baik. ”Meniru perilaku yang baik itu kami kemas sehingga melekat otomatis pada diri anak,” katanya. (puj/c6/nda)