Berkah Kesempatan Kedua
Nyawa Elisabeth Meliana, 34, pernah hampir terenggut karena kanker lidah. Bersyukur dia kembali sehat. Dia mendapatkan kesempatan kedua. Kini dia aktif membantu penderita kanker melalui yayasan miliknya, Cancer Awareness Community (CAC).
BAGAI menekuni sebuah pekerjaan dengan upah menjanjikan, Elisabeth Meliana terus membantu para penderita kanker. Alih-alih mendapat bayaran, perempuan yang akrab disapa Melia itu sering menggunakan uang pribadi untuk keperluan yayasan CAC. Tapi, tak masalah. Sebab, Melia –sapaannya– ingin berbagi dan membantu.
Pada Mei 2014 Melia mendapati kanker ganas bersarang di lidahnya. Kanker tersebut berasal dari luka pada lidah bagian kiri karena gesekan gigi geraham. Terasa sakit, namun tak digubris. Sakitnya pun bertambah parah. ’’Ada lubang yang sangat dalam di lidah saya,” jelasnya.
Kata dokter Melia mengidap kanker lidah stadium III B dan harus menjalani operasi pemotongan lidah. ” Tentu saya dan keluarga sangat terpukul dan shock. Semua panik,” ungkapnya. Diagnosis dokter itu terasa bagai petir di siang bolong. Kemudian, Melia dibawa ke Penang, Malaysia, untuk menjalani pengobatan. Bagian li dah yang terinfeksi dipotong 3 x 3 sentimeter.
Ibu satu anak tersebut juga menjalani pemeriksaan lanjutan (PET atau positron emission tomography scan). Ternyata ditemukan sel kanker yang sudah menyebar hingga lidah bagian dalam tenggorokan. Dokter menyatakan stadiumnya 4 A. ”Mengerikan. Darah dan nanah tak kunjung berhenti keluar dari lubang yang teramat dalam di lidah saya,’’ cerita perempuan kelahiran Surabaya, 14 Desember 1981, itu.
Melia tidak bisa makan dan tidur selama berbulan-bulan hingga bobotnya turun 30 kg lebih. ” Tuhan, jika saat ini saya harus mati, saya belum melakukan apa pun untuk Engkau. Yang saya lakukan selama hidup hanyalah sibuk mencari uang untuk keluarga. Berilah saya kesempatan,” kenangnya ketika berdoa pada suatu malam kala berjuang melawan kankernya itu.
Hingga pada Juli 2014, keadaannya mulai membaik. ”Itu sebuah mukjizat. Dokter menyatakan, lidahku kembali tumbuh,” terangnya. Semakin lama, lidahnya terbentuk seperti sedia kala.
Dari pengalaman hidupnya, Melia membulatkan tekad untuk membantu orang lain, terutama penderita kanker. Pada Februari tahun lalu, seorang temannya terkena kanker lidah. Kala itu usia teman Melia masih 18 tahun. Mendengar hal tersebut, Melia menghimpun kawan-kawan lain untuk membuat sebuah acara penggalangan dana. ” Dana terkumpul sekitar Rp 60 juta untuk biaya pengobatan,” katanya.
Aksi Melia dan kawan-kawan tidak berhenti sampai hari itu saja. Mereka membangun yayasan sebagai wadah para penderita kanker. Yayasan itu memberikan informasi apa saja yang diperlukan pasien kanker dan perawatannya. Yayasan yang diberi nama Cancer Awareness Community (CAC) tersebut resmi memiliki badan hukum pada 20 Mei 2015.
”Ke depan saya ingin membangun rumah singgah yang bisa menampung mereka (penderita kanker, Red),” harapnya. Karena itu, ibu satu putra tersebut banting tulang dan memutar otak agar mampu membuat fondasi yang kuat untuk membangun rumah singgah.
Salah satunya adalah mengadakan konser amal bertajuk Magical Music Night yang berlangsung kali kedua pada 2 November la0lu. Dalam konser itu, Melia menggandeng beberapa musisi ternama. Sebut saja Once Mekel, Gleen Bagus, dan Robert Casteel sebagai guest conductor. Pada acara itu, disematkan pula berbagai bentuk penggalangan dana berupa lelang emas putih dan berlian.
Kerja keras Melia kini ditujukan untuk membantu sesama. ”Seperti penggalan puisi Steve Jobs, isilah hidupmu dengan hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Sudah cukup saya banting tulang untuk mencari uang. Kini giliran saya membantu sesama,’’ ungkapnya. ’’Rezeki akan terus mengalir tak ada habisnya,” lanjut dia. Kini 40 keluarga sudah menerima bantuan dalam berbagai bentuk. (Asa Wisesa Betari/c7/jan)