Cabai Mahal, Petani Tak Kebagian Untung
PEKALONGAN – Harga cabai yang kian pedas, menyentuh angka Rp 55 ribu hingga Rp 60 ribu per kilogram, ternyata tak membuat para petani ikut ”berpesta”. Sebaliknya, mereka justru merugi hingga ratusan juta rupiah lantaran hasil panen turun drastis hingga 50 persen.
Musim kemarau basah yang terjadi tahun ini membuat banyak tanaman cabai merah mati kering karena terserang penyakit kuning dan patek. Misalnya yang dialami petani cabai asal Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Mundinah, 53. Dia mengeluh lantaran hasil panennya menurun drastis.
”Lahan saya ini biasanya mampu menghasilkan 8 ton cabai untuk sekali panen. Tapi, cuaca kemarau basah ini membuat hasil panen turun. Cabai yang bisa diambil cuma 3 ton,” keluh Mundinah kemarin (20/11).
Dia menuturkan, dirinya dan kelompok tani lain di Kesesi hanya bisa pasrah. Dari lahan seluas 6 hektare yang seharusnya menghasilkan cabai melimpah, justru banyak cabai yang kering dan membusuk. Karena itu, meskipun harga cabai mencapai Rp 60 ribu per kilogram, dia hanya menjual hasil panennya Rp 25 ribu–Rp 30 ribu per kg kepada para pengepul.
”Kami jualnya ya ke pengepul. Soalnya, kalau menjual ke mereka (pengepul, Red), kami bisa memulai musim tanam kembali dengan pinjam uang mereka,” paparnya.
Petani cabai lain, Nuryanto, 38, menambahkan, tingginya harga cabai disebabkan hasil panen para petani yang anjlok. ”Pengaruh iklim ini membuat sebagian besar hasil panen petani cabai tidak memuaskan,” terang Nuryanto. Penurunan hasil panen itu membuat para petani merugi. ”Jika dikalkulasi, yang semula akan dapat ratusan juta (rupiah, Red) kini hanya puluhan juta (rupiah, Red). Itu saja untuk menutup biaya produksi selama ini belum cukup,” celetuknya.
Imbas lonjakan harga yang cukup drastis tersebut, daya beli masyarakat untuk komoditas itu menurun. ”Sebelumnya, saya biasa beli seperempat kilo. Karena harga cabai mahal, saat ini hanya satu ons saja,” ucap Kokom, 30, warga Kajen.
Di sisi lain, menurunnya daya beli masyarakat itu juga dikeluhkan para pedagang sayur di pasar tradisional. Para pedagang ikut-ikutan melakukan penghematan saat berbelanja, mengingat sayuran akan mudah busuk bila tidak langsung terjual. (yan/c11/ami)