Berharap Race di Indonesia Bisa Steril
AJANG triatlon di Indonesia semakin bergeliat. Pesona alam Indonesia sudah seharusnya menjadi daya tarik tersendiri buat atlet luar negeri untuk turun di Indonesia. Namun, ada sejumlah catatan yang harus diperhatikan para penyelenggara.
Mochamad Adhitia Nugroho, triathlete yang rajin mengikuti berbagai lomba di dalam dan luar negeri, memiliki sejumlah catatan. ’’Secara tantangan, race di Indonesia sebenarnya lebih menantang kok,’’ katanya. Untuk lokasi lomba, kata Igo –sapaan Mochamad Adhitia Nugroho–, dirinya lebih cocok dengan kultur dan suasana alam Indonesia. Itu berlaku untuk race triatlon dan Ironman. Hanya, kata Igo, urusan sterilisasi jalur harus bisa diberi perhatian lebih.
Igo justru merasa ada tantangan lebih besar untuk turun dalam event maraton di Indonesia. Menurut dia, yang paling terasa adalah faktor cuaca yang cukup terik saat turun dalam salah satu race di Indonesia.
’’Makanya, FM pertama saya juga di luar negeri,’’ ujarnya. Tetapi, Igo berharap banyak agar pemerintah bisa lebih aktif lagi mendukung ajang lari yang benar-benar bisa memanjakan para peserta. Dengan demikian, pelari tidak lagi dihadapkan kepada kekhawatiran mengalami kecelakaan di jalan.
Igo pun mencontohkan race di Australia. Di setiap jalur yang dilewati, dia hampir tidak menemukan kendaraan bermotor yang masuk jalur. Itu berbeda dengan lomba yang berlangsung di Indonesia. Terkadang pihak berwajib juga memberlakukan buka tutup rute. Itu memungkinkan kendaraan bermotor masuk jalur pelari.
’’Ini harus menjadi perhatian semua pihak,’’ sebutnya. Masyarakat sekitar juga harus diberi sosialisasi untuk bisa lebih peduli dengan lomba yang digelar. Kemungkinan di Indonesia hanya Jawa Pos Fit East Java Half-Marathon di kawasan Suramadu yang bisa steril dari kendaraan bermotor. (nap/c4/tom)