Berubah demi Peningkatan Kualitas
SURABAYA – Perubahan demi perubahan bakal dilakukan Djarum Foundation dalam penyelenggaraan Sirkuit Nasional (Sirnas). Tujuannya, mendapatkan peningkatan kualitas event. Hal itu juga diharapkan bakal berujung pada peningkatan kualitas para peserta.
Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Demisional Achmad Budiharjo menyatakan, dari gelaran tersebut, muncul bakat-bakat pemain bulu tangkis di seluruh kategori. Merekalah yang menjadi tumpuan Indonesia di turnamen level internasional. Mulai International Challenge hingga Superseries Premier. ”Mereka bisa melakukannya sebagai bagian dari Pelatnas Cipayung maupun memperkuat klub masing-masing,” kata Budi, sapaan akrabnya.
Karena itulah, sederet perubahan dilakukan penyelenggara. Pertama, mengurangi jumlah kota host. Yakni, dari yang semula sepuluh menjadi delapan. Budi menjelaskan, pengurangan tersebut dilakukan setelah pihaknya menerima banyak masukan dari perwakilan Persatuan Bulu Tangkis (PB). Dalam pandangan klub itu, penyelenggaraan di sepuluh kota membuat para pemain tidak bisa berada dalam peak performance. ”Para pemain tidak memiliki masa recovery yang cukup,” ungkap Deputi Anton Subowo yang kini menjadi presiden BAC (Konfederasi Bulu Tangkis Asia) tersebut.
Kemudian, peningkatan kualitas lainnya adalah diperkenalkannya status premier. Tahun ini dua kota mendapat kehormatan menyandang status itu. Yakni, Jakarta dan Surabaya.
Djarum Sirkuit Nasional Jakarta yang merupakan seri ketiga 2016 digelar pada 2–7 Mei di GOR Asia Afrika, Jakarta. Sementara itu, Djarum Sirnas jatim Open diselenggarakan pada 14–19 November di GOR Sudirman, Surabaya.
Budi menuturkan, berkembangnya status premier berkiblat pada sistem BWF (Konfederasi Bulu Tangkis Dunia) yang terdapat level superseries dan superseries premier.
Nantinya, poin yang diterima juara pun mengalami perubahan. Jika di Sirnas biasa poin kampiun adalah 2.500, di premier poinnya menjadi 4.000 atau setara dengan International Challenge.
Khusus Djarum Sirnas Premier Jakarta, tutur Budi, poinnya masuk ke Asia. ”Jadi, berpengaruh kepada ranking internasional,” jelasnya.
Penetapan level itu pun berimbas pada jumlah peserta. Jika Sirnas biasa menampung setidaknya lebih dari 1.000 pemain dalam sepekan pe nye leng garaan, di Sirnas Premier ini peserta hanya dibatasi setidaknya hingga 900 orang.
Itu terlihat pada perhelatan di Jakarta. Sebanyak 992 atlet berlaga. Di Surabaya 831 pemain dari klub seantero Indonesia mengambil bagian.
Ketua Panitia Pelaksana Djarum Sirnas Jatim Open Bayu Wira menuturkan, jumlah peserta tersebut dibatasi karena mereka hanya menerima para pemain yang masuk 16 besar nasional di tiap kategori dewasa hingga pemula.
”Di luar itu, mereka harus masuk waiting list,” ungkapnya. Di antara 831 peserta tersebut, 88 orang merupakan peserta dari luar negeri. Mereka berasal dari empat negara. Yakni, Malaysia, India, Maladewa, dan Singapura. ( apu/c20/ady)