Lega, Saiki Wis Isa Ndelok
Kodam V/Brawijaya Gelar Operasi Katarak Masal
SURABAYA – Banyak kegiatan yang dilaksanakan Kodam V/Brawijaya sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat. Salah satunya, menggelar operasi katarak kemarin (21/11). Mereka bekerja sama dengan Yayasan Abdihusada Utama.
Sekitar 300 penderita katarak mengikuti kegiatan tersebut. Mereka menjalani operasi di RS Tingkat III Brawijaya. Sebelumnya, penderita diperiksa tim medis dari Yayasan Abdihusada Utama dan RS Tingkat III Brawijaya. Kondisi mata menjadi prioritas utama
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Penderita yang dinyatakan sehat langsung memasuki ruang operasi. Operasi berlangsung kurang dari 15 menit. Setelah itu, mereka keluar dengan mata tertutup. Mereka baru bisa membuka penutup mata esoknya.
Sebenarnya operasi dimulai sejak Minggu (20/11). Namun, pembukaan resmi digelar kemarin oleh Panglima Kodam V/Brawijaya Mayjen TNI I Made Sukadana. Acara tersebut juga dihadiri pendiri Yayasan Abdihusada Utama Alim Markus, ketua Yayasan Abdihusada Utama Soeharsa, serta perwakilan Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jatim.
Peserta yang menjalani operasi pada Minggu sudah dapat merasakan hasilnya. Saryo, warga Bojonegoro, misalnya. Dia menderita katarak sejak dua tahun lalu. Operasi itu membuatnya lega. ’’ Lega, saiki wis isa ndelok,’’ katanya.
Karnadi, pasien lainnya, mengungkapkan hal serupa. Awalnya, pria asal Bojonegoro tersebut pasrah dengan penyakitnya. Biaya operasi relatif mahal. Dia tak menyangka penglihatannya bisa kembali pulih.
Kegiatan itu merupakan rangkaian kegiatan HUT ke-68 Kodam V/ Brawijaya. Sukadana menyatakan, kepedulian TNI-AD diwujudkan dengan menggelar pengobatan gratis. Pihaknya bekerja sama dengan Yayasan Abdihusada Utama sebagai lembaga yang sering mengadakan bakti sosial. ’’Sasarannya adalah warga tidak mampu yang mengalami gangguan penglihatan,’’ ujarnya.
Dia berharap kegiatan tersebut berlangsung rutin. Banyak warga tidak mampu yang harus menderita karena katarak. Akibatnya, aktivitas ikut terganggu.
Sementara itu, Soeharsa menitikberatkan aspek keragaman budaya. Masyarakat Tionghoa yang tergabung dalam PITI dan Yayasan Abdihusada Utama ingin berbagi bersama. Yakni, menggelar kegiatan untuk masyarakat secara gratis. ’’Mereka yang awalnya tidak mampu melihat bisa melihat lagi,’’ ucapnya. (riq/c18/oni)