Labfor Periksa TKP
SURABAYA – Polisi sudah menerima keterangan dari tiga saksi terkait dengan kecelakaan kerja yang menimpa Langgeng. Namun, polisi masih membutuhkan data pendukung. Karena itu, hari ini Polrestabes Surabaya mengundang Tim Labfor Polda Jatim untuk memeriksa TKP pembangunan ruko yang terletak di belakang Rumah Sakit Wiyung Sejahtera
’’Labfor akan memeriksa lebih teknis, bagaimana korban bisa sampai terjatuh dari lantai 4,’’ jelas Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga kemarin (21/11). Tim labfor akan membawa peralatan yang lebih lengkap untuk mencari petunjuk dari lokasi jatuhnya korban.
Shinto memaparkan, hal yang lebih teknis itu meliputi material bangunan apa yang mengakibatkan korban terpeleset. Mereka juga mengukur jarak lokasi korban mengaci dengan tepi bangunan yang sedang dibangun. Besi-besi ulir yang terletak di lantai dasar juga diperiksa.
Pria asal Sumatera Utara tersebut menyatakan, sampai saat ini kasus itu masih diselidiki. Pihaknya akan mencocokkan keterangan saksi dengan hasil pemeriksaan kondisi TKP (tempat kejadian perkara). Terkait dengan pemeriksaan terhadap pengelola proyek, pihaknya sudah meminta secara lisan agar mereka mendatangi kantor polisi. Sejauh ini polisi masih menunggu penjelasan mereka. ’’Kalau memang mereka tidak datang, kami akan buat panggilan tertulis,’’ tegasnya.
Untuk mengarah pada tindakan pidana, polisi belum menemukan bukti-bukti. Begitu juga perlengkapan keamanan yang dikenakan Langgeng saat bekerja. Untuk sementara, polisi masih memegang keterangan bahwa korban memang hanya memakai celana dalam.
Jawa Pos mengamati lokasi pembangunan ruko yang terletak di Babatan, Wiyung, tersebut. Ada banyak kompleks pembangunan ruko di sana. Dari luar terlihat sejumlah pekerja yang memakai helm. Namun, sebagian lainnya mengenakan perlengkapan ala kadarnya, tanpa pakaian keamanan yang standar. Mereka cuma mengenakan kaus lusuh dan celana jins robek.
Sementara itu, tim dokter Ruang Observasi Intensif (ROI) IGD RSUD dr Soetomo kemarin (21/11) berencana melakukan ekstubasi pada Langgeng. Pelepasan pipa endotrakeal yang selama ini membantu pria 30 tahun itu terpaksa dibatalkan karena paru-paru kanannya belum mengembang.
Kemarin merupakan kali pertama Jawa Pos bertemu dengan Langgeng. Sebelumnya, dia tidak boleh dikunjungi siapa pun karena kondisinya masih mengkhawatirkan. Kini kondisinya terus membaik. Dia sadar. Hanya, belum bisa berbicara karena masih terpasang pipa endotrakeal di tenggorokannya. Ketika ditanya dokter, dia mengedipkan mata sambil memberikan sedikit anggukan.
Di tubuh Langgeng, masih terdapat slang yang menghubungkan ke thoraxdrain. Di antaranya, ada di dada kanan dan kirinya. Slang itu masuk hingga paru-paru. Slang tersebut digunakan untuk mengeluarkan darah sekaligus membantu mengembangkan paruparu. Dalam thoraxdrain, darah yang terkumpul tidak lebih dari 20 cc. Artinya, pendarahan di paruparu Langgeng sudah minim.
Dokter meminta Langgeng untuk menghirup napas panjang. Dua kali percobaan masih gagal. ”Ini karena paru-paru belum mengembang,” tutur Ketua Forum Pers RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpBKL. Dibantu dr Erlangga SpAn, Urip menunjukkan foto rontgen dada. Pada foto tersebut, terlihat ada tulang rusuk yang patah. Di belakang tulang rusuk itu, ada bayang lobus superior (bagian paru-paru kanan sisi atas) yang lebih kecil daripada lobus middle (paru-paru kanan bagian tengah), dan lobus inferior (paruparu kanan bagian bawah). Keadaan seperti itulah yang disebut Urip bahwa paru-paru Langgeng belum mengembang.
Selain itu, Langgeng sudah bisa bernapas secara spontan. Tim dokter menunggu hasil foto rontgen selanjutnya. Jika paruparu kanan mengembang, Langgeng bisa keluar dari ROI. (did/lyn/c7/jan)