Guru Inspiratif Pengawal Peradaban
TANTANGAN masa depan generasi muda Indonesia berupa problem globalisasi, isu ancaman kelestarian lingkungan, kemajuan teknologi informasi, kebangkitan industri kreatif, dan bergesernya fungsi sosial-kearifan lokal. Inilah peradaban baru yang geliatnya sudah dirasakan di segenap penjuru negeri.
Sementara itu, fenomena negatif yang kini marak menyeruak adalah praktik intoleransi, penyalahgunaan narkoba, korupsi, serta
social unrest (keresahan sosial) yang sangat mudah tersulut oleh isu-isu yang sering kali irasional. Ini problem besar. Pendidikan harus mengambil peran.
Pada sisi lain, mayoritas masyarakat masih menuntut performa pendidikan sebatas numerikalkuantitatif: nilai ujian, ranking sekolah. Itu memang penting. Akan tetapi, menghasilkan outcomes yang kehidupan lulusannya bermanfaat bagi masyarakat, tidak koruptif, keluarganya utuh, pendidikan lingkungannya baik juga tidak kalah penting. Guru memiliki posisi strategis-dilematis, antara me wu jud kan tuntutan masyarakat dan menyiapkan siswa menghadapi tantangan peradaban.
Bill Gates jauh-jauh hari pernah menyatakan bahwa guru yang berkualitas merupakan kunci meningkatkan prestasi siswa. Dalam sindirannya, Gates mencontohkan bahwa AS telah menghabiskan dana lebih besar dari negara-negara lain di bidang pendidikan dengan hanya sedikit keberhasilan karena tidak berfokus pada peningkatan kapasitas guru.
Lahirnya situs video sharing dan menjamurnya beragam situs di internet sudah mengepung gawai pelajar di kelas-kelas. Sesungguhnya, ini adalah kesempatan membangun tumbuhnya independent learner, pembelajar mandiri. Di sinilah reposisi fungsi guru sekarang berada. Guru menjadi fasilitator belajar yang andal, yaitu mendampingi belajar anak agar bijak memilih menu nutrisi pikiran dalam proses pendidikan.
Akan tetapi, bila guru salah memperlakukan fenomena itu, kemajuan teknologi informasi justru menjadi bumerang mematikan. Bagi siswa, mengubah kebiasaan belajar dari pasif ke aktif perlu kesiapan. Bagi guru, mengubah pendampingan belajar yang bersifat deduktif menjadi induktif membutuhkan pembiasaan. Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People mengungkapan, ” First we make our habits, then our habits make us”.
Kini guru tidak lagi dituntut sekadar mengajar. Guru juga perlu lebih mendidik dengan membangun intellectual habits, kebiasaan-kebiasaan berpikir, dalam kehidupan edukatif siswa. Kegiatan belajar siswa tidak melulu pembelajaran klasikal yang mekanistik. Kesuksesan guru dalam mendidik juga bergantung pada kesuksesannya dalam menginspirasi terbangunnya pembiasaan positif siswa. Di antaranya, dalam berkomunikasi, berpikir kritis dan jernih, menim bang sisi moral suatu permasalahan, menjadi pribadi bertanggung jawab, mengerti dan toleran terhadap perbedaan pandangan, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Guru diharapkan menjadi pengawal perubahan nilai-nilai peradaban.