Wajib Mengikuti Teknologi
ERA informasi membuat pembelajaran berbasis teknologi bermunculan. Pemanfaatan teknologi menjadi salah satu bentuk belajar baru. Misalnya, yang dilakukan di SMP Santa Maria II Sidoarjo. Tujuh kelas menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan Google apps for education (GAFE). Mereka menyebutnya kelas Google. Guru pun dituntut harus paham teknologi.
Dalam kelas Google, siswa bisa terhubung dengan yang lain secara online. Mereka diberi e-mail dengan kapasitas penyimpanan besar. E-mail tersebut terkoneksi dengan jaringan yang dibuat sekolah.
Misalnya, kelas bahasa Indonesia. Mereka masuk dalam jaringan kelas bahasa Indonesia. Para siswa bisa mengakses materi yang diberikan guru dari mana pun. Baik laptop, handphone Android, iOS, maupun Windows.
Guru pun bisa mengontrolnya dan memberikan tugas dalam kelompok tersebut. Baik tugas teks maupun video. Para pendidik juga memberikan penilaian langsung. Bahkan, guru dan siswa bisa saling berkomentar terhadap tugas tersebut. Penggunaannya lebih mudah diakses karena setiap file tersimpan rapi. Selain itu, terdapat fitur search untuk mencari dokumen yang diinginkan. ”Semua mata pelajaran ada di sana, bahkan lembar kerja siswa (LKS) juga diupload, bisa diakses dari mana pun,” jelas Waka Kesiswaan SMP Santa Maria II Sidoarjo Martinus Marsudi.
Sebelum menerapkan GAFE, para guru wajib menyesuaikan sistem pembelajarannya. Pada 2015 sekolah yang berada di kompleks Perumahan Citra Fajar Golf tersebut mendapat penghargaan dari Pemkab Sidoarjo karena sukses menjadi prototipe pengimplementasian GAFE. ”Setelah ini masih kami konsep untuk ulangan online serempak yang nilainya langsung keluar,” ujar Seprianus Kiding, salah seorang guru yang membantu pelatihan pengajaran kelas google kepada guru-guru lain.
Dari semua strategi pembelajaran itu, peran guru yang paling utama adalah sebagai pendorong. Guru tidak kaku mengharuskan siswa belajar sesuai keinginan mereka. Ada prinsip inti yang dianut guru dan siswa yang menjadi dasar mereka bertindak. ”Guru yang melayani dengan cinta, hasilnya ke anak akan istimewa. Di setiap sudut sekolah juga ada tulisan tersebut biar siswa mengingat terus,” ujar Kepala SMP Santa Maria II Paula Ega OSU.
Salah satu penerapannya, guru mengarahkan dan memberikan seruan untuk berbagi. Caranya, setiap jam makan siang, mereka duduk untuk makan bersama. Sebelumnya masing-masing siswa harus mengecek bekal siswa lain. Apa ada yang kurang atau bahkan tidak membawa bekal. Misalnya, jika kurang sayur, siswa lain wajib membagikan sayur miliknya. Begitu pula jika ada yang tidak membawa bekal.
Peran guru sebagai pendorong terlihat pada penanaman nilai menghargai tiap pribadi adalah unik. Tidak bisa disamakan dengan lainnya. Dengan begitu, keunikan tersebut harus difasilitasi dengan baik. Anak didik bebas curhat tentang keinginan mereka. (uzi/c7/dio)