Jawa Pos

Produsen Jamu Penetrasi Pasar Ekspor

-

SURABAYA – Tren makanan dan minuman herbal di luar negeri membuat produsen jamu berancang-ancang memperluas pasar ekspor. Salah satunya, PT Jamu Iboe Jaya yang berencana melebarkan sayap ke Hongkong, Malaysia, India, Afrika Barat, dan Taiwan.

Dirut PT Jamu Iboe Jaya Stephen Walla menyatakan, pasar Hongkong, Malaysia, dan Taiwan sangat potensial karena banyak tenaga kerja Indonesia (TKI). Namun, Jamu Iboe juga mengincar pasar lokal di ketiga negara tersebut.

’’Selama ini produk minuman kesehatan diminati di sana,’’ ujarnya saat press conference penghar- gaan The Best Business Expansion in Pharmaceut­ical and Herbal Industry yang diterima Jamu Iboe kemarin (20/12).

Di Taiwan dan Hongkong kini ada 150 ribu hingga 190 ribu pekerja asal Indonesia. Sementara itu, di Malaysia terdapat sekitar 1,9 juta pekerja asal Indonesia. ’’Ada juga potensi ekspor untuk masuk ke India dan Afrika Barat. Sebab, gaya hidup penduduk di sana terbiasa dengan minuman kesehatan maupun produk herbal,’’ kata Stephen.

Gaya hidup masyarakat global yang mulai menyukai sesuatu yang alami atau herbal juga mampu mendorong kebutuhan akan produk herbal. Saat ini kontribusi penjualan ekspor perseroan hanya mencapai 5 persen terhadap total penjualan. ’’Kami berharap penjualan ekspor naik,’’ katanya.

Selain Jamu Iboe, produsen jamu lainnya, yakni Sido Muncul, berencana serius menggarap pasar ekspor. Volume ekspor Sido Muncul saat ini baru mencapai 3 sampai 4 persen terhadap total penjualan perseroan.

Pada tahun depan, perseroan menaikkan volume ekspor menjadi 10 persen dari total penjualan Sido Muncul. Pasar ekspor yang disasar Sido Muncul adalah Timur Tengah, Malaysia, Filipina, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Australia, serta negara Eropa dan Amerika.

Direktur PT Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat menjelaska­n, bila produk perseroan mampu menembus pasar negara mainstream seperti Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Korea, dan Australia, lebih mudah bagi Sido Muncul untuk menguasai pasar herbal global. ’’Sudah saatnya produk herbal nasional mendunia,’’ katanya.

Sampai kuartal ketiga tahun ini, Sido Muncul tumbuh sekitar 4,6 persen jika dibandingk­an dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. (vir/c22/noe)

– Kementeria­n ESDM mempertaha­nkan harga bahan bakar minyak bersubsidi mulai Januari hingga Maret 2017. Keputusan itu diambil untuk menjaga daya beli masyarakat.

Pemerintah mempertimb­angkan kemampuan negara, daya beli masyarakat, dan kondisi sosial masyarakat. ” Terutama untuk solar yang memiliki dampak terhadap inflasi,’’ kata Menteri ESDM Ignasius Jonan di kantornya kemarin (20/12).

Dengan demikian, harga jual BBM pada 1 Januari 2017 tidak berubah. Minyak tanah tetap dibanderol Rp 2.500 per liter, minyak solar bersubsidi Rp 5.150 per liter, bensin premium Rp 6.450 per liter.

Jonan menyatakan, pemerintah terus memantau perkembang­an harga minyak dunia dalam menetapkan harga jual BBM pada tiga bulan ke depan. ”Kami akan evaluasi (harga minyak dunia, Red) setiap bulan,’’ katanya.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengakui, harga minyak dunia terus berfluktua­si. Karena itu, meski perseroan melakukan pemangkasa­n biaya operasiona­l, Pertamina tetap berpotensi merugi bila diminta menjual BBM dengan harga di bawah biaya produksi.

”Perhatian pemerintah atas daya beli masyarakat itu harus didukung. Kami yakin pemerintah tidak akan membiarkan Pertamina rugi,’’ ujar mantan Dirut Semen Gresik tersebut.

Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang menjelaska­n, sejak 1 Oktober lalu, harga BBM seharusnya naik mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Namun, kala itu Pertamina setuju harga solar tidak perlu naik. ’’Keuntungan Pertamina tidak berguna kalau laba harus dikembalik­an kepada negara,’’ tambahnya.

Apalagi, kenaikan harga solar dipastikan menyumbang inflasi karena berdampak pada angkutan umum dan distribusi logistik nasional. Jika harga solar naik, pemerintah khawatir harga

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia