PHE WMO Eksplorasi Sumur Baru
SURABAYA – Penurunan harga minyak dunia membuat PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) memangkas biaya operasional sekitar 40 persen. Meski demikian, kontraktor kontrak kerja sama SKK Migas itu tak mengendurkan kegiatan eksplorasi migas di wilayah operasinya.
General Manager PT PHE WMO Sri Budiyani menyampaikan, pihaknya hari ini berencana melakukan pengeboran sumur baru sebagai pengembangan proyek EPCI-1. Persiapan pengeboran telah dilakukan dengan pemasangan anjungan ( platform) PHE-24 dan PHE-12 di 50 mil laut lepas pantai Bangkalan, Madura. ”Momen akhir tahun justru menjadi waktu yang kritis bagi kami karena targetnya Februari 2017 platform di sana sudah harus beroperasi,” ujarnya saat berkunjung ke kantor redaksi Jawa Pos kemarin (20/12).
SKK Migas menargetkan produksi dari proyek EPCI-1 sebanyak 1.000 barel minyak per hari (BOPD) pada Februari 2017, lantas ditingkatkan menjadi 2.900 BPOD pada Mei 2017.
Yani, sapaan akrab Sri Budiyani, menyatakan, kegiatan eksplorasi terus dilakukan untuk mengimbangi penurunan alamiah produksi migas di blok WMO yang mencapai 50–60 persen per tahun. ”Lapangan minyak eks Kodeco itu sudah tua, jadi harus terus dieksplorasi agar biaya produksi tetap efisien,” terangnya.
Pengeboran akan berlangsung dalam waktu sekitar 45 hari dan akan langsung berproduksi. ”Tidak seperti sumur minyak yang biasanya dibor lalu ditinggal, platform PHE ini akan langsung beroperasi karena secara kemampuan fasilitas sudah terpenuhi,” ungkap Yani.
Meski melakukan penghematan biaya operasi, PHE WMO berhasil melampaui target produksi migas pada tahun ini sebesar 106 persen. Jumlah produksi gas pada tahun ini mencapai 100 juta kaki kubik. ” Revenue kami pun meningkat dua kali lipat daripada tahun lalu, padahal tidak ada sumur baru yang beroperasi,” tambah Yani.
Salah satu konsumen PHE WMO adalah PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB). (agf/c5/noe)