Cegah Kebocoran dengan Matikan Kompor via SMS
Banyaknya kasus ledakan tabung gas elpiji membuat dosen dan mahasiswa PNUP prihatin. Mereka menciptakan regulator antibocor.
KEMARIN pagi, kantor Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP), Makassar, Sulawesi Selatan ( Sulsel), sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat lalu-lalang.
Di salah satu ruangan, seorang pria sibuk merangkai kabel pada sebuah regulator gas. Ternyata pria tersebut merupakan salah seorang dosen Jurusan Elektro PNUP. Namanya, Muhammad Nurdin.
Regulator yang dirakit Nurdin, sapaan karib Muhammad Nurdin, itu tak jauh berbeda dengan regulator yang banyak dijual di pasaran. Hanya, regulator ditambahkan beberapa peralatan dan rangkaian kabel.
Nurdin menyatakan, ide penelitian pembuatan sistem keamanan pada tabung liquefied petroleum gas (LPG) berawal dari banyaknya kasus ledakan tabung elpiji. Dia bersama rekannya yang juga dosen PNUP, Daniel Kambuno, mengajak dua mahasiswanya, Agung Aprilia Nugraha dan M. Yahya.
Mereka kemudian merancang sistem keamanan pengguna gas elpiji. Menurut Nurdin, teknologi keamanan gas elpiji bukanlah hal baru. Yang ada selama ini hanya sebatas sensor untuk memberikan tanda jika terjadi kebocoran gas, belum bisa melakukan tindakan langsung. ”Selain berfungsi sebagai alarm, alat yang kami buat ini bisa melakukan tindakan pencegahan kebakaran dengan cara memutus aliran gas,” kata pria kelahiran Surabaya tersebut kemarin (20/12).
Nurdin menjelaskan, ada beberapa rangkaian teknologi digital yang dia sematkan dalam regulator hasil rakitan mereka. Mulai sensor gas, arduino (pengendali mikro), modem GSM, solenoid valve, dan servo motor.
Sensor gas, ungkap Nurdin, berfungsi mendeteksi kebocoran gas, kemudian mengirimkan informasi kebocoran tersebut ke arduino. Setelah itu, arduino, jelas dia, akan memerintahkan servo
motor yang terpasang di regulator untuk bergerak menutup aliran gas, lalu melepas secara otomastis regolator dari tabung elpiji.
”Alat ini sengaja dibuat sangat sensitif untuk mencegah terjadinya ledakan. Ledakan hanya bisa terjadi jika tekanan gas tinggi dalam suatu ruangan dan dipicu dengan panas atau percikan api,” terang Nurdin yang juga kepala laboratorium perancangan dan pabrikasi eletronika PNUP tersebut.
Lebih lanjut, alumnus Univesitas Indonesia itu menambahkan, regulator tersebut juga dilengkapi sistem controling jarak jauh. Dengan sistem itu, ibu rumah tangga bisa mematikan kompor di rumahnya meski berada di pasar atau di kantor. Caranya, cukup mengetik perintah singkat melalui telepon seluler.
Kontrol jarak jauh tersebut menggunakan modem GSM yang tertanam pada alat itu. ”Untuk mematikan kompor, cukup mengirim SMS dengan perintah tertentu. Kemudian, alat akan merespons perintah tersebut dan menutup aliran gas sehingga gas tidak dapat mengalir ke kompor,” terangnya.
Nurdin menuturkan, pihak kampus sekarang melaporkan alat tersebut ke pihak Kemenristekdikti untuk dilakukan sertifikasi produk. Pihaknya tidak mematenkan alat tersebut karena bukan murni produk mereka.
”Ada 20 persen alat yang kami pakai berasal dari produk jadi sehingga tidak layak untuk mengajukan hak paten. Hanya, yang ingin kami patenkan di Kemenristekdikti adalah ide dan rangkainnya. Jadi, jika ada produsen yang ingin membangun sistem yang sama, mereka bisa bekerja sama dengan kami,” tuturnya. (*/JPG/c5/diq)