Jawa Pos

Perlu Model Festival, Bukan Turnamen

-

SELEKSI dan perekrutan lewat jalur PON memang terbukti sukses menyuplai pemain berbakat ke Persipura Jayapura. Tapi, tim berjuluk Mutiara Hitam itu sebaiknya tetap kembali menggelar kompetisi internal yang mati suri satu dekade terakhir.

”Sebab, muara kompetisi internal bukan hanya ke klub. Melainkan juga pembinaan di daerah secara lebih luas,” kata Pahala Hutajulu, soccer analysis & strength conditioni­ng coach dari Universita­s Cenderawas­ih Jayapura.

Hanya, lanjut dia, perlu dilakukan pembenahan terhadap sistem kompetisi. Menurut dia, kalau bisa, tidak perlu menggunaka­n model turnamen. ”Cukup festival. Yakni, tidak ada kalah maupun menang,” paparnya.

Pada pemain usia dini yang dibentuk dalam umur 8–15 tahun, ada lima hal dasar yang diajarkan ketika menekuni sepak bola. Yakni, dribbling (menggiring), shooting (menendang), passing (mengumpan), catching (menangkap) bagi seorang kiper, dan controllin­g (mengontrol bola). Ditambah pemahaman taktik dasar.

Pahala memaparkan, jika dituntut untuk selalu menang seperti dalam turnamen, akan timbul ketakutan dalam diri seorang anak. ”Biasanya ketakutan kalau kalah nanti dimarahi habis-habisan oleh pelatih maupun orang tua,” ujar dosen Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Universita­s Cenderawas­ih tersebut.

Dengan demikian, si anak bakal menanggalk­an pengetahua­n tentang teknik dasar. ” Yang penting main untuk menang,” tuturnya.

Tidak hanya itu, si pemain juga bakal cenderung fokus pada kaki terkuatnya saja. Situasi seperti itu berbahaya pada masa mendatang. Sebab, dia tidak memi- liki keseimbang­an yang dibutuhkan untuk menahan kerasnya marking dari pemain lain.

”Si anak cenderung cepat matang sebelum waktunya kalau dipaksa turnamen,” ujarnya. ”Saat dewasa, masa keemasanny­a bakal hilang,” tambahnya.

Tentang anjuran kembali menggelar kompetisi internal, Ketua Umum Persipura Benhur Tomi Mano menyatakan, pihaknya tidak bisa serta-merta menuruti. ”Banyak pertimbang­an yang mendasari,” tuturnya ketika ditemui Jawa Pos di kediaman pribadinya di kawasan Kotaraja, Jayapura.

Salah satunya adalah benturan dengan agenda keagamaan seperti Paskah atau Natal. ”Kalau sudah begitu, kompetisi otomatis harus dihentikan. Karena itu, untuk saat ini, kami menganggap model yang sekarang sudah efektif,” tandasnya. (apu/c16/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia