Jawa Pos

Macan dan Serigala Paling Diminati

Pada grebeg Maulid yang dihelat pemkot di Tugu Pahlawan Minggu (18/12), Karmin membuat 400 topeng harimau dan wajah manusia. Ada yang dipakai para penari, ada pula yang dipajang di pinggir lapangan untuk diperebutk­an. Dulu ada ratusan perajin seperti Karm

- TAUFIQURRA­HMAN

ORANG Surabaya asli mungkin masih ingat bahwa setiap Rabiulawal atau Maulid anak-anak suka bermain di jalanan kampung dengan memakai topeng muka hewan. Topeng-topeng tersebut biasanya dijual berjejer di pasar-pasar di Surabaya seperti di Pasar Genteng, Blauran, dan Keputran. Kini tradisi itu tentu sudah jarang terlihat.

Tempat tinggal Karmin di Gang 5 Girilaya, Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Sawahan, dulu terkenal sebagai kampung para pembuat topeng. Ratusan perajin tinggal di gang tersebut. Biasanya, mereka memasok berbagai pesanan topeng Maulid untuk dijual di berbagai pasar di Surabaya.

Karmin bekerja di ruang samping rumahnya. Agak gelap saat Jawa Pos berkunjung kemarin (20/12). Topeng Maulid buatan Karmin lebih dulu ludes sebelum Rabiulawal atau Maulid berakhir. ’’Alhamdulil­lah pemberian Gusti Allah,’’ katanya sambil terus bekerja.

Sekarang Karmin menggarap pesanan 40 topeng banteng dari Pandaan. Bahannya terbuat dari kertas bekas yang dibeli Karmin seharga Rp 4 ribu per kilogram. Topengnya dibentuk dari beberapa cetakan yang dibuat dari semen. Ada cetakan harimau, serigala, banteng, bahkan naga.

Kertas-kertas bekas tersebut ditempel di seluruh bagian cetakan yang tertutup rapat. Tempelan dibuat berlapis dari kertas manila tebal hingga kertas HVS tipis. Perekatnya menggunaka­n tepung kanji yang dimasak. Setelah seluruh cetakan tertutup dan dianggap kuat serta cukup tebal, lapisan kemudian dibelah dengan pisau, dilepaskan dari cetakan, kemudian disambung kembali dengan tempelan kertas-kertas lain.

Lapisan teratas ditempeli kertas putih. ’’Lapisan ini nantinya dicat, jadi harus putih,’’ katanya. Topeng buatan Karmin ada dua macam. Salah satunya jenis

full face. Kadang dilengkapi aksesori berupa rambut maupun surai harimau. Satunya lagi jenis slobokan atau topeng berbentuk helm yang menutup seluruh kepala dan wajah. Biasanya berupa topeng banteng.

Karmin bercerita, sejak 2013 pemkot berinisiat­if menghidupk­an kembali tradisi topeng Maulid. Beberapa pergelaran tari topeng dan grebeg Maulid pun dihelat. Tempatnya kadang di Taman Bungkul, Balai Kota, atau Tugu Pahlawan sebagaiman­a tahun ini.

Karmin mendapat berkah dengan ditugasi khusus membuat topeng tersebut. Misalnya, yang dilangsung­kan di Tugu Pahlawan beberapa hari lalu. ’’Topeng saya dibayar pemkot, kemudian dipajang. Warga boleh mengambil cuma-cuma,’’ ungkapnya.

Dalam pengerjaan topeng, Karmin dibantu dua putrinya. Dia melakoni pekerjaan tersebut sejak 1973, saat tradisi topeng Maulid masih ramai. Selain di Surabaya, Karmin biasanya mengerjaka­n pesanan untuk pergelaran topeng di berbagai kota di Jawa. Kebanyakan merupakan perayaan harihari besar Islam.

Salah satu kota sumber pesanan Karmin adalah Demak, Jateng. Di Demak biasanya ada tradisi grebeg besar menjelang Idul Adha. Di Kudus dan Semarang sama-sama ada perayaan topeng pada hari-hari tertentu. ’’Kudus biasanya bareng dengan Semarang, namanya tradisi dukderan,’’ tuturnya.

Membuat topeng merupakan satusatuny­a andalan mata pencaharia­n Karmin. Dulu sang suami yang gencar mengantar, mencari pesanan, sampai mempromosi­kan topeng-topeng karya Karmin. Sampai berkali-kali memajang stan pameran di setiap perayaan di kotakota tersebut di atas. Sekarang Karmin mengerjaka­nnya sendiri. (*/c15/git)

 ?? TAUFIQURRA­HMAN/JAWA POS ?? PERAJIN TERAKHIR: Karmin memamerkan topeng mauludan yang akan diwarnai.
TAUFIQURRA­HMAN/JAWA POS PERAJIN TERAKHIR: Karmin memamerkan topeng mauludan yang akan diwarnai.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia