Jawa Pos

Ajak Meditasi supaya Lebih Fokus Berlatih

-

’’Kalau ciki mengandung pewarna, kalau kamu mengandung formalin,’’ sahut Wali keceplosan. Tawa pun kembali pecah di ruang karawitan.

Tidak terkecuali Novi Ika Ratnasari, guru bahasa jawa sekaligus pelatih ludruk di Spendasi. Sesekali perempuan 32 tahun itu memberikan arahan tentang olah vokal dan olah tubuh para pemain ludruk tersebut. ’’Ayo, jangan blocking,’’ ujar Novi kepada para anak didiknya.

Ya, tim Sanggar Banyu Bening Spendasi saat itu melakukan latihan sebagai persiapan tampil di salah satu stasiun televisi nasional pekan ini. Mereka akan menampilka­n seni teater Jawa modern (TJM) atau ludruk dengan kesenian campursari. Hampir setiap hari Novi melatih muridnya. ’’Mereka ini anak ekstrakuri­kuler TJM di Spendasi. Kami bikin nama sanggarnya Banyu Bening,’’ katanya.

Sejatinya, Novi bukanlah seniman ludruk maupun musik. Suami Nur Hadi itu hanya memiliki latar belakang pendidikan bahasa Jawa. Namun, kecintaann­ya di bidang seni, khususnya ludruk, boleh dikatakan tidak terukur lagi.

Novi tidak pernah tampil di depan layar sebagai pemain ludruk. Tetapi, dia sangat berperan di belakang layar. ’’Saya bukan seniman, tetapi saya suka seni,’’ ungkapnya.

Sejak Novi duduk di bangku kuliah, kecintaann­ya terhadap ludruk sudah muncul. Dia beberapa kali menyaksika­n ludruk khas Jawa Timur itu. Bahkan, pemain ludruk kenamaan Jawa Timur, Cak Kartolo, pernah singgah di rumahnya. ’’Waktu saya masih aktif di badan eksekutif mahasiswa (BEM) di Unesa, saya sering mengadakan acara ludruk,’’ ungkapnya.

Novi mengaku, dirinya mulai cinta terhadap seni daerah ketika menjadi ketua Ikatan Mahasiswa Bahasa Daerah Indonesia (Imbasadi) pada 2005. Dia mulai mengenal budaya Jawa di Indonesia. ’’Saya mendapat kesempatan berkelilin­g ke daerah-daerah dan mengenal budaya Jawa. Makin jatuh cinta, deh,’’ katanya.

Dia pun termotivas­i untuk melestarik­an ludruk dengan mengajari anak didiknya sejak dini. Apalagi saat ini banyak senior ludruk yang meninggal. Kesempatan melestarik­an seni ludruk kepada anak-anak diwujudkan ketika Novi menjadi guru bahasa Jawa di Spendasi. ’’Sejak pertama jadi guru di Spendasi, saya ingin mengembang­kan ludruk di sekolah,’’ ungkapnya.

Novi menyatakan, ludruk dijadikan implementa­si materi-materi pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Sejak kelas VII, siswa dikenalkan pada ludruk. Sebab, dalam mapel bahasa Jawa, terdapat materi parikan, wangsalan, dan tembang. Siswa juga dibiasakan melihat penampilan ludruk yang dibawakan kakak kelas. ’’Mereka melihat, mendengar, dan mencatat ludruk,’’ ujarnya.

Kemudian, pada kelas VIII, siswa mulai diajari membuat naskah ludruk. Kemudian, pada kelas IX, siswa membuat karya seni ludruk yang ditampilka­n dalam festival ludruk Spendasi. ’’Saya terus membiasaka­n anak-anak membuat parikan dalam ludruk. Ternyata, anak-anak lebih enjoy belajar dengan praktik,’’ jelas perempuan kelahiran 16 November 1984 itu.

Dari situlah, seluruh siswa Spendasi pernah merasakan bermain ludruk. Bahkan, ada yang ingin menekuni ludruk dengan bergabung dalam ekstrakuri­kuler TJM. Kini anggota sanggar itu mencapai 80 orang. Namun, tidak terutup kemungkina­n bagi anak di luar sekolah untuk belajar ludruk di Spendasi. ’’Ada alumni Spendasi yang sampai sekarang ingin belajar ludruk. Mereka sering datang ke sanggar,’’ ujarnya.

Menurut Novi, yang terpenting dalam bermain ludruk adalah olah vokal, olah tubuh, dan meditasi. Tiga hal tersebut langsung di- handle sendiri. Kuncinya adalah meditasi. Sebelum berlatih ludruk, anak-anak diajak bermeditas­i agar bisa lebih fokus. ’’Meditasi ini sering kami lakukan. Khususnya saat latihan dan sebelum tampil,’’ ucapnya.

Tidak mudah menanamkan kecintaan terhadap ludruk pada anak-anak. Novi mengaku, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan pendekatan kepada peserta didik. Sebelumnya, dia harus bisa menanamkan nilai-nilai budaya. ’’Saya coba dulu membuka pintu hati anak-anak,’’ ungkapnya.

Dia menuturkan, saat ini ludruk menjadi salah satu ciri khas di Spendasi. Beberapa siswa ekstrakuri­kuler TJM berhasil mendapat prestasi di bidang kesenian ludruk. Misalnya, dalam ajang Festival Ludruk Jawa Timur 2015. dan juara II Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2016.

’’Saat ini kami terpilih untuk tampil di TVRI dalam acara ludruk dan campursari. Kami terpilih melalui tes,’’ katanya. (*/c5/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia