Butuh Tangan Pengusaha dan Pemerintah
Pekerja Musiman Sambut KPR Informal
GRESIK – Program kredit pemilikan rumah (KPR) informal menuai sambutan positif pekerja informal. Sejak diluncurkan pada September 2016, program rumah murah dan mudah itu belum banyak diketahui. Ada syarat-syarat tertentu.
”Saya baru tahu. Tentu, kami bakal mencoba mengajukan,’’ ungkap Muhammad Romdloni, warga Desa Randuagung, kemarin (21/12). Romdloni yang bekerja sebagai pedagang bakso sudah lama ngidam rumah. Dia sempat meng- ajukan kredit rumah, tetapi ditolak. ”Katanya, harus pakai jaminan dan surat keterangan bekerja. Itu sulit,’’ ucap lelaki 47 tahun tersebut.
Romdloni mengaku mendengar informasi soal wacana KPR informal. Salah satu syaratnya, memiliki stan jualan yang tetap. Jadi, dia mencoba mencari lokasi tetap untuk bisa memiliki rumah.
Romdloni merupakan lelaki kelahiran Ujungpangkah, Gresik. Selama ini dia lebih banyak beraktivitas di kawasan Kota Gresik. Dia memutuskan mengontrak rumah dengan harga Rp 700 per bulan.
KPR informal yang dikeluarkan perbankan juga disambut para nelayan. Lukito, nelayan asal Bawean, mengaku sudah lama ingin mempunyai rumah. Menurut dia, cukup banyak nelayan pesisir yang belum memiliki rumah. Terutama nelayan kelahiran luar daerah yang sudah lama tinggal di Gresik.
Ketua Kerukunan Usaha Kecil Menengah Indonesia (KUKMI) Gresik Achmad Nurhamim menyatakan, jumlah pekerja informal yang belum memiliki rumah memang cukup banyak. Meski tidak lahir di Gresik, mereka sudah memutuskan menetap di Kota Pudak. Selama ini banyak pekerja informal yang masih indekos dan mengontrak rumah. Termasuk pedagang kecil.
’’Ada 60 persen yang belum memiliki rumah. Padahal, hunian amat penting bagi pengusaha,’’ jelas Nurhamim. KUKMI menaksir ada 20 ribu PKL di Kota Giri. Mereka beroperasi di seluruh wilayah kabupaten.
KPR informal, kata dia, memang penting. Namun, masih ada problem yang perlu dipecahkan. Sebab, saat ini banyak pedagang yang belum memiliki stan. Jadi, kemungkinan mengurus kredit masih susah. ’’ Harapannya, perbankan dan pengembang juga membantu pedagang,’’ tutur Nurhamim.
Menurut dia, saat ini masih sedikit pengembang yang peduli dengan PKL. Belum banyak pengusaha properti yang sukarela atau mengonsep stan pedagang di kompleks perumahan. Padahal, pedagang juga ikut meramaikan kawasan hunian.
Deputi Branch Manager Bussines PT Bank Tabungan Negara (BTN) Gresik Tubagus Erik Kristiawan lebih menyoroti persoalan stok perumahan untuk realisasi KPR informal. Dia mendorong pemkab segera tanggap terhadap kebijakan-kebijakan pusat terkait dengan properti. Termasuk mempermudah izin perumahan.
’’ Tahun ini banyak kebijakan terkait dengan properti. Nah, kami banyak mendengar keluhan pengusaha mengenai izin yang perlu ditata ulang,’’ ujarnya. Dia memprediksi kebutuhan perumahan di Gresik terus meningkat. Banyak pekerja Surabaya yang turut berburu hunian di Kota Pudak. (hen/c20/roz)