Sangat Privat, Penuh Kode-Kode
Lewat chatting, mucikari dan orang yang dipekerjakan adalah mahasiswa. Ayam kampus’’.
Tim cyberpatrol mengungkap jaringan prostitusi online tersebut pada 18 Desember. Dua tersangka yang diamankan adalah AP dan UY. Cukup sulit mendeteksi mereka. Sebab, modus yang dijalankan menggunakan aplikasi chatting. Lewat percakapan pribadi. Sebelumnya kami banyak ungkap yang melalui media sosial. Itu lebih gampang,’’ ujar Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera.
Untuk masuk ke jaringan itu, terdapat kode-kode khusus. Para mucikari tidak akan dengan mudah percaya terhadap pelanggan baru. Mereka memang cukup protektif. Harus benarbenar tahu kode yang mereka gunakan,’’ tutur Barung.
Hal senada diungkapkan Yuyung Abdi. Dia adalah fotografer sekaligus pengamat prostitusi. Disertasinya tentang pelacuran mengantar fotografer Jawa Pos tersebut meraih gelar doktor di Universitas Airlangga Senin (19/12).
Yuyung menyatakan, praktik prostitusi di aplikasi chatting seperti Line lebih protektif dan selektif. Jadi, siapa saja yang ingin masuk ke lingkungan tersebut harus benar-benar diakui kredibilitasnya. Apalagi, aktivitas orang lain bisa dideteksi di menu timeline. Kalau orangnya jarang upload foto dan status, mereka curiga. Belum tentu bisa menerima,’’ katanya.
Menurut Yuyung, mereka menciptakan Dolly di dunia maya. Namun, seleksi publik yang dilakukan ketat. Harus benarbenar orang yang menginginkan layanan seksual. Tidak terbuka seperti model di media sosial. Setelah berhasil masuk, mereka bisa lebih mudah bertransaksi.
UY yang merupakan warga Ngaglik bertugas menawarkan
ayam kampus’’ kepada klien. Mereka memanfaatkan aplikasi chatting Line dan WhatsApp sehingga lebih privat.
Berdasar penelusuran Jawa Pos, Line memang menjadi salah satu tempat menjajakan ayam kam- pus’’. Beberapa akun menawarkan jasa pemuas hasrat seksual. Ada yang hanya chat sex, phone sex, sampai video call sex. Ada juga yang menawarkan masuk ke grup VVIP yang berisi gambar dan video nakal’’. Gambar dan video itu didapat dari internet. Ada juga yang diproduksi sendiri. Anggota laki-laki harus membayar jika ingin masuk grup tersebut. Tarifnya bermacam-macam, Rp 10 ribu– Rp 100 ribu.
Sementara itu, anggota perempuan bisa gratis. Namun, si perempuan harus berpenampilan menarik. Ukuran tubuhnya harus
luar biasa’’. Bahkan, ada beberagrup yang berani membayar perempuan-perempuan yang mau melakukan aksi berani’’.
Tidak sampai di situ saja, ada juga akun yang menawarkan jasa seksual. Mereka bisa dipesan dengan harga yang lebih mahal. Mereka memasang status di timeline yang berisi tarif dan daerah mana saja yang bisa dilayani. Agar mudah dikenali, mereka menggunakan taggar (#) khas. Identik dengan dunia esek-esek.
Modus yang dijalankan pun, lanjut dia, bermacam-macam. Mereka membentuk peer group atau kelompok. Isinya perempuan pekerja seks. Mereka saling menjual satu sama lain. Dari hasil menjual temannya itu, mereka dapat komisi. Ini paling umum dilakukan. Banyak sekali modus seperti ini,’’ jelas pria 47 tahun tersebut.
Ada juga yang lebih profesional. Terdapat institusi yang menaungi. Persis seperti bentuk lokalisasi, tetapi di dunia maya. Mereka bekerja lebih terorganisasi. Lebih rapi. Jadi sangat selektif,’’ ungkapnya.
Dalam kasus yang tengah ditangani Polda Jatim, AP yang masih berstatus mahasiswa di Surabaya kebagian mencari ayamayam’’ itu. Mencarinya pun dengan cara sembunyi-sembunyi. AP cukup selektif dalam memilih calon ayam kampus’’. Semuanya adalah teman-teman dekat sesama mahasiswa,’’ kata Barung.
Untuk menambah nilai jual, mereka biasanya diembel-embeli profesi lain. Misalnya, dancer atau sales promotion girl (SPG). Malah ada yang baru lulus SMA. Dengan status dan identitas, mereka punya nilai jual. Yang paling mahal adalah seleb, pramugari, model, dan ayam kampus’,’’ ungkap Barung. Untuk menaikkan status tersebut, para PSK itu kerap mencari-cari status. Misalnya, sengaja kuliah di kampus sepanjang mereka bisa mendapatkan status mahasiswi.
Dengan beraksi di jagat online, cakupan praktik itu menjadi sangat luas. Bukan hanya Surabaya, tetapi juga melayani Sidoarjo, Pasuruan, hingga Malang. Tarifnya cukup tinggi. Lebih tinggi jika lokasi booking berada di luar kota.
Menurut barang bukti berupa chatting yang dilakukan UY dengan salah seorang pembeli, sekali kencan dibanderol Rp 2 juta–Rp 3 juta. Harga itu sudah termasuk menemani kencan, minum, dan hubungan seks.
Menurut mereka, pelanggannya juga dari berbagai kalangan. Tapi masih belum bisa kami pastikan,’’ lanjut pria asal Ka- limantan Timur tersebut.
Pembayaran juga lebih mudah. Bisa cash atau transfer bank. Yang jelas harus ada uang muka. Biasanya sekitar Rp 300 ribu–Rp 500 ribu.
Dua tersangka tersebut ternyata beraksi sejak dua tahun terakhir. Cukup lama untuk menjerat banyak lelaki nakal dan perempuan penjaja seks. Karena itu, polisi akan terus mengembangkan perkara tersebut. Tidak tertutup kemungkinan ada tersangka baru.
Kalau ada perkembangan akan kami sampaikan,’’ jelasnya.
Klien utama mereka adalah generasi yang masih melek teknologi. Menurut Yuyung, remaja dan para pekerja kantor masih menjadi target utama. Terutama mereka yang sering masuk ke tempat-tempat hiburan.
Karena mereka ini mayoritas sudah paham dengan kode-kode yang digunakan,’’ paparnya.
Namun, Yuyung mengingatkan bahwa tidak semua yang ditawarkan itu benar. Banyak juga yang berniat menipu. Biasanya orang-orang yang mengirimkan gambar stagnan. Modusnya meminta uang muka. Ketika sudah dibayar, dia langsung menghilang. Biasanya yang dishare foto-fotonya tetap,’’ paparnya. (aji/c15/dos)