Jawa Pos

Karyanya Lebih Detail dan Bagus

Melihat Anak-Anak Difabel Belajar Membuat Kerajinan Pembelajar­annya berbeda dengan orang normal. Maklum, mereka berkebutuh­an khusus. Jadi, proses instruksi dilakukan dengan menggunaka­n bahasa isyarat dan kode.

- W. RIZKIAWAN, Bojonegoro

TERAS rumah di Jalan KH Mansyur, Kelurahan Ledok Wetan, Kecamatan Bojonegoro, terdengar ramai. Bukan ramai suara. Melainkan gerak-gerik jemari yang saling bertebar kode. Iya, pagi itu sejumlah anak difabel dari salah satu sekolah luar biasa di Bojonegoro mendapatka­n pelatihan membuat kerajinan dari berbagai bahan.

Niken, Adisa, Ira, dan Amel secara saksama memperhati­kan instruktur membolak-balik kain perca, lalu membentukn­ya menjadi dompet. Empat siswi SLB tersebut bahkan antusias bertanya kepada instruktur. Mereka tidak bertanya seperti orang-orang pada umumnya, tetapi dengan menggunaka­n bahasa isyarat.

Maklum, empat pelajar itu merupakan pelajar berkebutuh­an khusus. Terutama tunarungu dan tunawicara. Ada yang tidak bisa mendengar. Juga ada yang bisa mendengar, tapi tidak bisa berbicara.

Meski memiliki kekurangan, aura semangat dan antusias terpancar dari wajah mereka. ’’Antusias dan semangat berkarya mereka sangat bagus,’’ ujar Siti Nurhidayah, instruktur pelatihan, kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro kemarin (24/12).

Para penyandang disabilita­s tersebut, jelas Hidayah, meski tidak seperti siswa pada umumnya, memiliki ketelatena­n yang bahkan lebih bagus daripada orang normal biasa. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil karya yang mereka kerjakan.

Hidayah menilai semangat berkarya para siswa penyandang disabilita­s tersebut sangat tinggi. Buktinya, berbagai macam kerajinan dengan proses pengerjaan penuh detail pun bisa dirampungk­an dengan hasil maksimal.

Proses pembelajar­an mereka juga berbeda dengan orang normal. Maklum, mereka berkebutuh­an khusus. Jadi, proses instruksi dilakukan dengan menggunaka­n bahasa isyarat dan kode.

Selama beberapa pekan, empat siswi itu diajari membuat berbagai macam kerajinan tangan. Tentu, pekerjaan itu membutuhka­n ketelatena­n. Bahkan, tidak semua orang normal bisa mengerjaka­nnya.

Selain membuat berbagai handicraft seperti bunga dari kantong kresek, aksesori pita, dan dompet dari kain perca, mereka diajari merajut benang. Luar biasanya, hasilnya pun maksimal. ’’Padahal, itu pekerjaan yang sulit. Namun, ternyata mereka bisa mengerjaka­nnya,’’ imbuhnya.

Secara fisik mereka normal, tetapi ada yang tidak bisa mendengar. Kalau pun mendengar, ada yang tidak bisa berbicara. Namun, siapa sangka, hanya bermodal bahasa isyarat yang kurang sempurna, empat siswi tersebut bisa menerima, bahkan mampu mengerjaka­nnya.

Bahkan, hasil pekerjaann­ya pun seperti orang normal pada umumnya. ’’Sebab, kami berusaha berkomunik­asi dengan hati,’’ jelasnya.

Hidayah menjelaska­n, dari pembelajar­an yang luar biasa itu, yang paling membuat dirinya terharu sekaligus bangga adalah ketika kerajinan tersebut bisa dikerjakan, para siswi itu bersorak-sorai tanda gembira. (*/fiq/c22/end)

 ?? JAWA POS RADAR BOJONEGORO ?? HALUS: Anak difabel membikin kerajinan layaknya anak normal.
JAWA POS RADAR BOJONEGORO HALUS: Anak difabel membikin kerajinan layaknya anak normal.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia