Blokir Alat Komunikasi Bahrun Naim
Polisi Perangi Jaringan Terorisme di Dunia Maya
JAKARTA – Bahrun Naim menginspirasi para pelaku terorisme di tanah air. Polri bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bakal memblokir semua aplikasi dan situs yang digunakan Bahrun Naim untuk berkomunikasi dengan anggota jaringannya.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul mengungkapkan, jalur komunikasi yang digunakan Bahrun Naim tidak hanya satu atau dua jalur. Jalurnya sangat luas. Ada berbagai fasilitas yang digunakan. ’’Baik melalui media sosial, aplikasi, maupun e-mail,’’ tuturnya kemarin (24/12).
Dalam media sosial itu, digunakanlah fasilitas video call yang bisa langsung bertatap muka. Yang juga menyulitkan adalah adanya aplikasi yang dibuat ISIS untuk menyembunyikan pembicaraan melalui e-mail. ’’Mereka menggunakan teknologi canggih untuk mencegah penyadapan,’’ paparnya.
Aplikasi yang bisa menyembunyikan pembicaraan tersebut bernama Asrar al Mujahidin. Aplikasi itu dirancang dengan menggunakan sebuah password untuk bisa membuka pesan tersebut. ’’Kalau tidak diblokir, semua itu dampaknya besar ke Indonesia,’’ jelasnya.
Menurut dia, kepolisian memang bisa mengangkat kembali sebuah percakapan yang telah dihapus. Namun, perlu tindakan lebih dalam memotong komunikasi antara Bahrun Naim dan semua sel jaringan terornya. ’’Maka, semua upaya harus dilakukan,’’ terangnya.
Dengan adanya UU Informasi dan Tran- saksi Elektronik (ITE) yang baru, Kemenkominfo memiliki kewenangan memblokir semua aplikasi dan situs yang digunakan untuk berkomunikasi antarjaringan kelompok teror. ’’ Yang paling utama Bahrun Naim ini,” ujarnya.
Tapi, memang perlu diakui pemblokiran situs itu sebenarnya cukup sulit. Sebab, kendati diblokir, kelompok radikal tersebut bisa dengan mudah membuka situs yang baru. ”Tentu, yang semacam ini perlu solusi.”
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Mabes Polri Brigjen Rikwanto menambahkan, dengan pertimbangan keamanan, Indonesia perlu berkaca pada langkah yang dilakukan pemerintah Tiongkok. ’’Mereka menempuh kebijakan yang sangat mendasar,’’ jelasnya.
Langkah tersebut adalah menggantikan semua media sosial buatan luar negeri yang tidak ingin bekerja sama dengan pemerintah. Rikwanto menyebut Tiongkok memiliki media sosial sendiri bikinan pemerintah, yakni Weibo. ’’Dengan medsos buatan sendiri, semua bisa dikontrol,” terangnya.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, ada dua rantai komando yang digunakan Bahrun Naim untuk berkomunikasi dengan sel-selnya di Indonesia. Yakni, komando langsung dan struktural. Komando langsung tersebut digunakan Bahrun Naim untuk berkomunikasi dengan kader Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atau orang umum yang belum direkrut.
Kemudian, untuk jalur komando struktural, Bahrun Naim berkomunikasi dengan jaringan ISIS di Mindanao, Filipina. Setelah itu, baru ke Indonesia. Dengan kata lain, perintah secara struktural disampaikan dulu di Filipina. Caranya, bisa melalui JAD dan kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) yang kemudian menyebar ke tingkat lebih bawah lewat katibah provinsi. ” Yang struktural BN (Bahrun Naim) selalu berkomunikasi di Mindanao.” (idr/tyo/jun/c17/agm)