Tercepat Bukan Garansi ke Pelatnas
PB PRSI Syaratkan Catatan Setara Perak
SURABAYA – Akhir tahun bukan saat bersantai bagi PB PRSI. Evaluasi besar segera menjadi agenda mereka selepas penyelenggaraan Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan Se-Indonesia (KRAPSI) 2016. Hasil pantauan dalam ajang yang berakhir Sabtu (24/12) di Surabaya itu menjadi pedoman langkah berikutnya bagi skuad pelatnas renang.
Salah satu pelatih pelatnas renang Omar Suryaatmadja mengungkapkan, para perenang yang kini menghuni pelatnas masih harus membuktikan diri dengan performanya. Menurut dia, promosi dan degradasi berlaku secara konsisten dan kontinu di pelatnas. Sementara itu, KRAPSI hanya menjadi salah satu ajang untuk melihat hasil latihan.
Menuju SEA Games 2017 di Malaysia pada Agustus, mereka dituntut menunjukkan performa terbaik di Kejurnas yang dihelat Mei 2017. Pada ajang tersebut, seluruh perenang dari tanah air saling beradu memperebutkan kuota pelatnas SEA Games untuk kali terakhir.
’’Memang dibuat seperti itu oleh PB PRSI supaya lebih adil dan terbuka. Kalau seleksi pelatnasnya di luar negeri terus, tidak semua perenang punya dana yang cukup,’’ kata pelatih klub Hiu Surabaya tersebut.
Setelah pergelaran KRAPSI, Triady Fauzi dkk tidak langsung kembali berlatih di Bali. Lantaran libur Natal dan tahun baru, skuad tersebut baru aktif kembali pada 7 Januari.
Sebelumnya, Kabid Binpres PB PRSI Wisnu Wardhana menuturkan, hasil yang diraih para penghuni pelatnas di KRAPSI dijadikan bahan evaluasi menyeluruh oleh Satlak Prima sebagai penyelenggara pelatnas. Dari catatan waktu yang didapat para penghuni pelatnas di KRAPSI, pihaknya akan menilai apakah catatan waktu tersebut diproyeksikan bisa meraih medali di SEA Games atau tidak.
PB PRSI bakal menentukan target emas yang dipatok di SEA Games dan dari nomor mana saja emas tersebut akan diraup setelah perhelatan KRAPSI. Wisnu berharap tim Merah Putih kali ini mampu memperbaiki pencapaian dari SEA Games sebelumnya. Di SEA Games 2015 Singapura, para perenang Merah Putih terpuruk dengan hanya mengoleksi satu emas dari empat emas yang ditargetkan.
Lantaran cabor terukur, pria 41 tahun itu menyatakan bahwa persyaratan dan ketentuan menjadi penghuni pelatnas renang juga terukur. Catatan waktu minimalnya berada di level medali perak SEA Games. ’’(Catatan waktu) perunggu tidak kami ambil. Perak itu sudah requirement (persyaratan) wajib, perak ke atas,’’ tutur Wisnu. ’’Kalau tercepat di nasional, tapi bukan catatan medali di SEA Games, kami juga tidak akan ambil,’’ lanjutnya.
Selain mulai berlatih intensif setelah libur akhir tahun, para penghuni pelatnas bersiap menuju ajang evaluasi yang lebih berat. Mereka akan berkompetisi di luar negeri dalam Singapura Open pertengahan Maret 2017. ’’Tiap perenang pelatnas juga wajib memecahkan rekornas. Kalau tidak, mereka tidak improve,’’ tambah Wisnu.
Selain itu, Omar mencontohkan yang terjadi pada perenang Hiu, Adinda Larasati. Meski meraih 5 emas dan 2 perak ditambah dua rekornas kelompok umur (KU), masih banyak peningkatan yang harus dilakukan perenang 16 tahun itu. Terutama untuk bersaing di level SEA Games.
Secara keseluruhan, Omar mengatakan bahwa evaluasi juga dilakukan pada seluruh perenang yang diturunkan Hiu di KRAPSI. ’’Kami juga mengevaluasi teknik berenang yang masih kurang dan hal-hal detail yang kecil, tetapi sebenarnya penting,’’ katanya. (nes/c15/ady)