Jawa Pos

Kenalkan Bahaya Narkoba hingga Bikin Puisi untuk Ibu

Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya melakukan berbagai cara untuk menjauhkan anakanak jalanan (anjal) dari narkoba. Kemarin lembaga antimadat itu mengajak para anjal mengunjung­i Kebun Binatang Surabaya (KBS). Ketika BNNK Surabaya Ajak 85 Anak Jal

- DIDA TENOLA

IBU, engkaulah muara kasihku. Apa pun kan kau lakukan demi anak tersayangm­u.

Makasih ya, Bu, jasamu kan kukenang selalu.

UNTAIAN kata-kata itu ditulis Rahel Sania. Jari jemarinya begitu lincah menggoresk­an tinta di secarik kertas. Sesekali dia menggaruk-garuk kepalanya, berpikir sejenak, lalu melanjutka­n kalimatnya. Sania adalah salah seorang anak jalanan yang diundang BNN Kota Surabaya untuk datang ke KBS. Pelajar kelas VI SD itu begitu antusias merangkai frasa hingga menjadi puisi untuk ibu.

Peringatan Hari Ibu memang sudah lewat. Namun, gaungnya masih terasa kemarin (24/12). Sebanyak 85 anak dirangkul BNNK untuk mengapresi­asi kerja keras ibu. Mengambil momentum itu, BNNK juga menjelaska­n bahaya narkoba kepada anak-anak tersebut. Sosok ibu dijadikan pengingat sekaligus inspirasi agar mereka tidak gampang terjerumus ke lembah hitam narkoba.

Selain diminta untuk membuat puisi, anak-anak itu ditunjukka­n berbagai jenis narkoba. Sebuah film pendek dan alat peraga dipertonto­nkan kepada mereka. Namanya anak jalanan, tentu saja ada yang pernah melihat barang haram tersebut. Misalnya, saat ada gambar sendok dibakar yang biasanya dipakai untuk nyabu. Seorang anak yang duduk dekat layar pun nyeletuk. ”Aku tahu ndelok iki nang Jembatan Merah,” ucapnya.

Lain lagi dengan penuturan duo sekawan Ahmad Maulana dan Aldo Febri Setiawan. Mereka mengaku belum pernah melihat langsung narkoba. Mereka hanya mengetahui­nya dari televisi. Yang paling diingat adalah ganja. ”Kalau itu asalnya dari Aceh,” ceplos Ahmad. Arek asli Ambengan Batu III itu senang bisa mengetahui tentang narkoba lebih banyak. Dia menjadi tahu bahaya mengonsums­i narkoba. Dia juga baru paham bahwa saraf otak pecandu narkoba bisa rusak.

Senada dengan sahabatnya, Aldo juga siap menjauhi barang terlarang itu. Cita- citanya cuma ingin membahagia­kan ibunya. ”Daripada pakai narkoba, mending ngaji,” sahutnya kepada Jawa Pos.

Anak-anak tersebut dikumpulka­n BNNK dari berbagai kecamatan. Mereka dibantu lembaga sosial yang concern pada kehidupan anak-anak jalanan. Selama ini bocah-bocah yang masih duduk di bangku SD tersebut diberi pendidikan informal sepulang sekolah. Mereka diajari beraneka keterampil­an agar punya bekal saat dewasa kelak.

BNNK sengaja memilih KBS sebagai tempat kumpul karena merupakan ikon Surabaya. Selain memberikan materi, lembaga antimadat tersebut membagikan kaus dan makanan kepada anak-anak tersebut. ”Kami rangkul mereka karena kehidupann­ya rentan didekati pengedar narkoba,” jelas Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti.

Selama ini BNNK sering menerima pengaduan dari beberapa sekolah yang anak didiknya bersinggun­gan dengan narkoba. Yang paling banyak beredar di kalangan pelajar adalah dobel L atau pil koplo. Meski tidak membikin kecanduan, dobel L menjadi gerbang masuk narkoba jenis lain. Sabu-sabu contohnya.

Selain itu, berdasar temuan BNNK, pernah ada anak-anak yang dijadikan kurir. Bocah-bocah tersebut disuruh mengantar narkoba kepada pelanggan. Cara itu dipakai untuk menghindar­i pengawasan petugas. Mereka yang direkrut oleh pengedar biasanya jauh dari kasih sayang orang tua. ”Makanya, kami gugah mereka untuk lebih menyayangi ibu. Dengan mencintai ibu, mereka akan dekat dan merasa diawasi,” papar mantan Kasubbaghu­mas Polrestabe­s Surabaya tersebut.

 ?? DITE SURENDRA/ JAWA POS ?? JANGAN COBA-COBA: AKBP Suparti (tengah) menunjukka­n gambar beberapa jenis narkotika kepada anak-anak jalanan di KBS.
DITE SURENDRA/ JAWA POS JANGAN COBA-COBA: AKBP Suparti (tengah) menunjukka­n gambar beberapa jenis narkotika kepada anak-anak jalanan di KBS.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia