Ada Yang Ngoyo, Ada Yang Masih Nyinden
Persiapan Siswa SMP-SMA Hadapi Unas
SURABAYA – Ujian nasional (unas) sudah di depan mata. Beragam persiapan mulai dilakukan. Ada yang berusaha belajar sendiri, ikut bimbingan belajar, sampai les privat.
Salah satunya Eka Putri Endriana, 14. ABG yang biasa disapa Putri itu ngebut belajar. Kini dia duduk di bangku kelas IX SMPN 22 Surabaya. Selain mengikuti bimbingan belajar, Putri sibuk les privat di rumah. Padahal, di sekolahnya juga ada kelas tambahan persiapan unas setiap jam pertama. ’’Hampir setiap hari bimbingan buat nyiapin unas, belum nyiapin untuk ujian sekolah. Duh, bingung,’’ katanya.
Ujian sekolah, bagi Putri, juga penting. Selain itu, standarnya akan dinaikkan. Yakni, menjadi ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Hal itu menjadi kekhawatiran Putri.
Berbeda dengan Putri yang sibuk bimbingan, Angelica Wahyu Kartika Putri, 14, masih sempat nyinden. Angelica memang sering didaulat jadi sinden. Sebagaimana Putri, Angelica kini terdaftar sebagai siswa kelas IX di SMPN 3 Surabaya. ’’Iya, masih belum kurangin kegiatan. Nanti deh abis liburan ini aku fokus ke unas,’’ ujarnya yang saat dihubungi Jawa Pos kemarin (24/12) tengah mengiringi pementasan dalang Suryo Guritno Laras menuju Kediri.
Menurut pengakuan Angelica, nilai terburuknya adalah matematika. Kondisi tersebut cukup membuatnya risau menghadapi unas. Meski demikian, dia mengikuti bimbel di sekolahnya sejak November lalu. Bimbel tersebut diadakan setiap Sabtu pukul 07.00–10.00. ’’Aku sih dibawa enjoy aja, biarpun takut kalau pas ngerjain matematika,’’ ungkapnya.
Angelica sudah mempersiapkan rencana setelah liburan ini. Begitu masuk semester genap, dia mulai mengikuti bimbel di luar sekolah.
Cerita tentang kegalauan menghadapi matematika juga dirasakan Aji Sulton, siswa kelas IX di SMPN 6 Surabaya. ’’ Nggak cuma takut ngerjain matematika sih, aku takut sistemnya error,’’ katanya.
Sulton sempat mendengar cerita dari kakak kelasnya. Tahun lalu komputer sempat error saat ujian nasional berbasis komputer (UNBK) berlangsung. Saat itu sistem mendadak macet. Jawaban untuk soal yang sudah dikerjakan pun menghilang. Jadi, siswa harus mengerjakan ulang tanpa ada tambahan waktu.
Untuk menepis kerisauannya, Sulton rajin belajar. Terlebih bimbel di sekolahnya berjalan sejak awal kelas IX. Latihan soal dan pemantapan materi sudah diberikan. ’’Sejauh ini masih fokus unas, USBN belum dimatengin lagi. Tapi, saya mulai mikir mau ke SMA mana,’’ tambahnya.
Cerita berbeda datang dari Abeliasiska Putri Amalia, 17. Siswa kelas XII SMAN 15 Surabaya tersebut masih tenang-tenang saja dalam menghadapi unas. Sejauh ini dia rajin les pelajaran yang berkaitan dengan unas. Chika, sapaan akrabnya, justru bingung memilih mata pelajaran jurusan. ’’Aku kan IPA, bingung mau pilih mapel jurusan mana untuk unas,’’ jelasnya.
Hal itu dibenarkan Endrayana, guru matematika SMAN 15 Surabaya. Siswa-siswi kelas XII memang masih belum terlihat risau. Banyak yang justru membagi konsentrasi untuk memilih jurusan kuliah. ’’Guyonan anak-anak, unas besok juga siap,’’ ucapnya, lantas tersenyum.
Meski tampak sangat siap, SMAN 15 belum memulai bimbingan belajar untuk siswanya. Para guru, menurut Endrayana, masih sibuk mengejar penyelesaian materi. Persiapan unas berlangsung intensif setelah ujian sekolah (US) sekitar Maret mendatang.
Agus Priyadi MPsi, praktisi psikolog, menambahkan bahwa kondisi psikologis setiap anak pasti berbeda. Timbulnya kekhawatiran tentu wajar. Sebab, ketahanan setiap anak bergantung pada seberapa besar daya juang, kemampuan, dan motivasinya. Yang tidak kalah penting, lanjut dia, ketenangan. ’’Selama tidak berlebihan, kekhawatiran ini tidak akan jadi pengganggu. Sebab, ini memang tantangan yang harus dilewati,’’ tegasnya.