Jawa Pos

Pernah Dirawat di Rumah Sakit gara-gara Jempol Berkerak

Menjadi seorang guru bimbingan konseling (BK) yang dirindukan siswa sebenarnya tidak sulit. Tetapi juga tidak mudah. Itu juga dirasakan Rukmini Ambarwati, guru BK di SMAN 1 Gedangan. Dia memiliki cara unik untuk berinterak­si dengan anak didiknya. Yakni, m

- ARISKI PRASETYO HADI

RUKMINI tampak serius memperhati­kan tabletnya. Dua ibu jarinya terus bergerak. Seolah menari-nari di layar. Menggeser dari bawah ke atas. Dia terus menekan tombol-tombol huruf itu untuk membalas percakapan dalam sebuah grup di WhatsApp (WA). Anggota grup itu adalah anak didiknya di SMAN 1 Gedangan.

Sekilas, tidak ada yang ganjil dalam grup WA tersebut. Namun, ketika Rukmini menunjukka­n percakapan­nya, baru terasa ada keanehan. Bukan percakapan biasa antara guru dan murid. Sebab, lewat aplikasi itu, dia memberikan motivasi, informasi, serta nasihat-nasihat untuk para siswanya.

Rukmini menyebut aktivitasn­ya di grup itu sebagai BK online. Aktivitas tersebut dilakukan sejak lama. Awalnya, hanya satu–dua siswa yang dilayani. Namun, kini puluhan anggota ada di grup itu. Hampir seluruh kelas di SMPN 1 Gedangan dibuatkan grup BK online. ”Ada 20 grup lebih,” terangnya saat ditemui di rumahnya Rabu lalu (21/12).

Perempuan berusia 49 tahun itu akhirnya menceritak­an proses kelahiran BK online. Pada 2005, Rukmini menjadi guru BK di SMAN 1 Geda- ngan. Ketika itu dia gusar saat melihat siswa harus antre untuk sekadar berkonsult­asi di BK. Apalagi ketika mendekati ujian masuk perguruan tinggi. ”Satu hari bisa 20-an siswa yang ingin konsultasi,” ucapnya.

Rukmini pun membuat cara agar seluruh siswa bisa dilayani tanpa harus antre. Caranya, memanfaatk­an

short message service (SMS). SMS merupakan satu-satunya solusi antrean karena bisa langsung membalas keluhan siswa. Selain itu, ketika itu teknologi jejaring sosial belum marak seperti akhir-akhir ini. Pada 2008, perkembang­an Facebook (FB) mulai merajalela

Banyak warga yang sudah mempunyai akun jejaring sosial tersebut. Apalagi remaja dan anak muda. Nah, peluang itu dimanfaatk­an oleh Rukmini. Setiap selesai mengajar, dia selalu menyampaik­an kepada siswanya, ”Kalau mau curhat, bisa lewat FB.”

Langkah itu ternyata mendapat tanggapan positif dari siswa. Setiap hari banyak pesan serta chat yang masuk ke akunnya. Pelajar yang semula malu-malu di kelas pun menanyakan curhatnya di FB. Mulai persoalan pelajaran, persoalan antarteman, sampai percintaan. ”Semuanya saya tanggapi,” ucap Rukmini, lalu tersenyum.

Rukmini menjelaska­n, ada dua permasalah­an yang biasanya dikeluhkan siswa SMA. Yang pertama masalah keluarga. Misalnya, si anak bermasalah dengan orang tua. Sedangkan yang kedua adalah percintaan. Ibu dua anak itu pun tidak canggung untuk memberikan solusi atas dua persoalan tersebut.

Curhat biasanya dimulai selepas jam belajar. Yaitu, pukul 21.00–24.00. Setiap hari siswa yang curhat sebanyak 20–30 orang. Satu per satu keluhan itu dibalas. Selepas jam curhat selesai, dia meminta pelajar segera tidur. Sebab, esoknya mereka harus masuk sekolah. Namun, ketika ada kejadian mendadak, dia juga melayani curhat sampai tengah malam. ”Misalnya, ada anak yang orang tuanya meninggal. Saya biasanya menemani agar dia tenang,” tuturnya.

Dengan menggunaka­n FB, Rukmini mengaku mendapat banyak keuntungan. Selain siswa bisa curhat kapan pun dan di mana pun, dia bisa memantau aktivitas siswa. Contohnya, pada jam-jam belajar pukul 18.00–21.00, siswa yang tidak belajar akan terlihat karena akun FB-nya online. ”Kalau ada yang online saat jam belajar, langsung saya sapa dan tanya mengapa tidak belajar,” paparnya.

Pada 2010, FB mulai ditinggalk­an. Dia beralih ke aplikasi WA. Aplikasi itu dipilih karena simpel. Dia dan siswa juga bisa langsung mengobrol. Seluruh kelas, mulai kelas X hingga XII, telah dibuatkan grup WA. Aturannya, yang berhak masuk grup itu hanya siswa kelas tersebut dan dirinya.

Rukmini mengaku sangat terbantu dengan WA. Misalnya, saat ada informasi perguruan tinggi, dia langsung membaginya ke grup tersebut. Bukan hanya itu, setiap hari dia menyempatk­an diri untuk berbagi ilmu dengan siswa. Sejumlah artikel penting dia cari. Setelah itu dibagi. Misalnya artikel tentang belajar yang baik atau motivasi dalam menghadapi ujian.

Dia juga melayani curhat perseorang­an. Misalnya, ada anggota grup yang tidak ingin masalahnya diketahui teman-temannya. Lantaran malu, siswa langsung menyapa Rukmini lewat jalur pribadi (japri). ”Pasti saya tanggapi,” ucap dia.

Aplikasi juga mendekatka­n Rukmini dengan siswanya. Tak jarang, setiap hari dia berkirim gambar-gambar lucu. Setelah itu, siswa saling menanggapi. Menurut dia, komunikasi seperti itu bisa membuat siswa yang sebelumnya pemalu menjadi pemberani. ”Ketika membalas chat, artinya dia berani menyampaik­an pendapat,” paparnya.

Dua tahun terakhir ini Rukmini sudah jarang menggunaka­n WA. Sesi curhat beralih ke Line. Aplikasi itu dipilih sesuai dengan permintaan siswa. ”Siswa mintanya dengan Line. Katanya lebih keliatan muda,” tuturnya.

Untuk menunjang aktivitasn­ya yang padat, Rukmini memiliki dua gadget. Satu Android dan satu tablet. Di dalamnya, terdapat puluhan grup. Keduanya sampai sekarang aktif. Perempuan yang gemar menulis itu mengaku terkadang bingung harus membalas chat yang mana terlebih dulu. ”Soalnya, duaduanya bunyi. Saya harus memilih mana, bingung,” jelasnya.

Ada cerita unik nan jenaka. Saking seringnya membalas chat, ibu Berliana Nabila Kurnia Widyarini dan Nadia Utami Ratna Widyarini itu mengaku sempat dirawat di rumah sakit. Gara-garanya, kedua jarinya sakit. Ketika diperiksa, dokter memvonis ada kerak di tulang ibu jarinya. Terpaksa, dalam satu minggu, aktivitas BK online berhenti. Sebab, dia menjalani operasi. Setelah sembuh, kegiatanny­a memberikan pesan dan perhatian kepada anak-anak didiknya berlanjut. siswanya. Tak jarang, setiap hari dia berkirim gambar-gambar lucu. Setelah itu, siswa saling menanggapi. Menurut dia, komunikasi seperti itu bisa membuat siswa yang sebelumnya pemalu menjadi pemberani. ”Ketika membalas chat, artinya dia berani menyampaik­an pendapat,” paparnya.

Dua tahun terakhir ini Rukmini sudah jarang menggunaka­n WA. Sesi curhat beralih ke Line. Aplikasi itu dipilih sesuai dengan permintaan siswa. ”Siswa mintanya dengan Line. Katanya lebih keliatan muda,” tuturnya.

Untuk menunjang aktivitasn­ya yang padat, Rukmini memiliki dua gadget. Satu Android dan satu tablet. Di dalamnya, terdapat puluhan grup. Keduanya sampai sekarang aktif. Perempuan yang gemar menulis itu mengaku terkadang bingung harus membalas chat yang mana terlebih dulu. ”Soalnya, duaduanya bunyi. Saya harus memilih mana, bingung,” jelasnya.

Ada cerita unik nan jenaka. Saking seringnya membalas chat, ibu Berliana Nabila Kurnia Widyarini dan Nadia Utami Ratna Widyarini itu mengaku sempat dirawat di rumah sakit. Gara-garanya, kedua jarinya sakit. Ketika diperiksa, dokter memvonis ada kerak di tulang ibu jarinya. Terpaksa, dalam satu minggu, aktivitas BK online berhenti. Sebab, dia menjalani operasi. Setelah sembuh, kegiatanny­a memberikan pesan dan perhatian kepada anak-anak didiknya berlanjut.

 ??  ?? MEDIA CURHAT: Guru BK SMAN 1 Gedangan Rukmini Ambarwati menunjukka­n beberapa contoh chat dengan para siswanya.
MEDIA CURHAT: Guru BK SMAN 1 Gedangan Rukmini Ambarwati menunjukka­n beberapa contoh chat dengan para siswanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia