Jawa Pos

Anak Dorkas Belajar di Sekolah Islam

Anak-anak ini hidup bersama dalam keragaman. Saling bantu dan mengikhlas­kan. Bukan saling mempersoal­kan. Mereka mempraktik­kan semangat keindonesi­aan yang sejati. Mereka yang Hidup Harmonis dalam Perbedaan

-

KEIZA Tiarma Natalia Simanjunta­k, Kristi Alviolita, Rika, Peni, dan Marsiana, kemarin pagi (24/12) sengaja mengenakan seragam sekolahnya. Meskipun sedang libur, mereka ingin menunjukka­n seragam sekolah yang biasa dikenakan sehari-hari.

Keiza dan keempat temannya adalah penghuni Panti Asuhan Dorkas, Porong. Meskipun beragama Kristen, mereka bersekolah di SMA Taman Pendidikan Islam (TPI) Porong.

”Di sekolah, kami merasa dihargai. Kami tidak pernah dipaksa belajar agama Islam,” kata Keiza, 15, lantas tersenyum. ”Kami juga menghargai teman-teman bila tiba waktu ibadah salat,” lanjut gadis asal Kalimantan Barat yang duduk di kelas X tersebut.

Saat bersekolah, mereka mengenakan seragam yang sama seperti siswa TPI Porong yang lain. ”Awalnya ya merasa aneh. Tapi, Mama Lanny selalu kasih pengertian bahwa teman-teman di TPI hanya mau menolong. Mereka pasti mengerti dan menghargai pemeluk agama lain seperti kami,” tutur Kristi.

Mama Lanny yang dimaksud Kristi adalah Lanny Pontoh, pengasuh Panti Asuhan Dor- kas. Perempuan 63 tahun itu menyatakan bahwa dirinya tak menjadikan seragam sekolah anak asuhnya sebagai masalah. Yang perempuan memang harus berjilbab dan yang laki-laki mengenakan kopiah.

”Anggap saja seperti seragam anak sekolah sebagaiman­a mestinya. Nggak perlu dijadikan bahan untuk memecah belah. Kalau bisa berdamping­an kan damai,” katanya, lalu tersenyum. Bila tiba mata pelajaran agama Islam, anak asuh Panti Asuhan Dorkas diberikan dispensasi untuk meninggalk­an kelas.

”Setiap sore kami selalu adakan ibadah pendek dengan membaca Alkitab. Di situlah saya sering bertanya ada kegiatan apa di sekolah. Jadi, kami malah sering berdiskusi soal hal-hal demikian,” jelas Lanny.

Dia menuturkan, pihak SMA TPI banyak membantu anak-anak di panti agar tetap bisa bersekolah. ”Meski kami telat bayar uang sekolah, mereka akan memahami banyaknya kebutuhan kami buat (mengurus, Red) 60 anak,” papar istri Matheos Pontoh tersebut.

Andi Febri, anak asuh Panti Asuhan Dorkas yang tahun ini mulai belajar di SMA TPI Porong, merasa enjoy. Dia mengaku tak pernah bermasalah dengan sahabat-sahabatnya yang beragama Islam. Dia justru sangat akrab dengan mereka. Bahkan, dia terkadang diingatkan untuk beribadah saat waktunya tiba.

Dia mengungkap­kan, tidak ada agama yang mengajarka­n keburukan. Menurut dia, bisa bersekolah sudah sangat membahagia­kan. ”Itu berkat Tuhan buat saya. Jadi, kami nggak boleh kecewa dengan berkat yang dikaruniak­an,” pungkasnya.

 ?? GHOFUUR EKA/JAWA POS ?? RELA MENYESUAIK­AN PENAMPILAN: Dari kiri, Kristi Alviolita, Kezia, Peni, Marsiana, dan Rika kemarin. Inilah seragam yang biasa mereka kenakan ke sekolah.
GHOFUUR EKA/JAWA POS RELA MENYESUAIK­AN PENAMPILAN: Dari kiri, Kristi Alviolita, Kezia, Peni, Marsiana, dan Rika kemarin. Inilah seragam yang biasa mereka kenakan ke sekolah.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia