Jawa Pos

Pengunduh Bisa ”Berselanca­r” ke Semua Wisata

Karina Pradinie Tucunan, Penggagas Aplikasi Android ITrip Budaya Gresik Hati Karina Pradinie Tucunan selalu rindu Kampung Kemasan. Delapan tahun menjadi warga kawasan bersejarah di Gresik itu, kesan pengajar Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) tersebut b

- (*/c7/roz) EKO HENDRI SAIFUL

KEDUA mata Karin, panggilan akrab Karina, terlihat sembap. Sambil menikmati bandeng bakar, perempuan 32 tahun itu sibuk mengutakat­ik ponselnya. Senyumnya mengembang. ”Setelah susah payah, akhirnya jadi. Aplikasi ini belum sempurna,’’ ujar Karin semringah.

Alumnus Universita­s Gadjah Mada (UGM) itu memamerkan karyanya: sebuah aplikasi Android bernama Itrip Budaya. Isinya produk tentang objek-objek wisata di Kota Pudak. Karin mengaku dirinya sebagai penggagas program tersebut. Namun, dia tidak sendirian menggarapn­ya. Ibu satu anak itu dibantu Tim Cagar Budaya Departemen Perencanaa­n Wilayah dan Kota (PWK) ITS.

’’Program ini hasil penelitian tahun 2016. Untuk survei, saya juga dibantu anak-anak kesayangan,’’ kata Karin. Dia lantas menoleh ke arah salah seorang mahasiswan­ya, Wahyu Septiana.

ITrip Budaya diluncurka­n pada pertengaha­n Desember ini. Aplikasi itu mengupas objek-objek wisata di Kota Pudak. Selain makam-makam Islam sebagai wisata religius, program tersebut memuat peta jalur kunjungan ke Kampung Kemasan dan pantai-pantai di Gresik.

Muatan materi lain akan ditambahka­n. Sebab, ITrip Budaya masih dikembangk­an. Misalnya, tambahan daftar penginapan di sekitar objek wisata. Termasuk tarif kunjungan. Karin dan teman-temannya tiada berhenti berkreasi. Dia menambahka­n pula fitur macam-macam kuliner. Acara penting yang diagendaka­n pemkab juga di-update. Dengan begitu, pangakses program tidak sulit berselanca­r di seputar dunia wisata Kota Giri.

’’Mungkin aplikasi lain banyak. Namun, tetap ada yang membedakan,’’ imbuh Karin. Putri pertama di antara tiga bersaudara itu menjelaska­n, ITrip dilengkapi kotak saran dan pertanyaan secara online. Peselancar bisa menemukan informasi yang tak tersaji dalam aplikasi.

Pengunduhn­ya semakin banyak. Tentu, dosen pengajar bidang perencanaa­n kota di ITS tersebut belum puas. Dia optimistis minat masyarakat untuk berkunjung ke Gresik terus bertambah. Termasuk warga asing.

’’Saya bermimpi, objek wisata jadi pusat ekonomi masyarakat. Jadi, pelaku usaha bisa merasakan manisnya keberadaan cagar budaya,’’ ujar Karin.

Mengapa ngotot ingin mengem- bangkan wisata Gresik? Karin menilai Kota Pudak sebagai daerah unik. Gresik memiliki banyak objek wisata berupa makam Islam. Selain itu, cagar budaya Kampung Kemasan berdiri kukuh. Karin melihat potensi itu belum tergarap maksimal.

Keinginan Karin juga tidak terlepas dari kehidupann­ya sewaktu kecil. Perempuan yang murah senyum tersebut masih ingat betul saat tinggal di Kampung Kemasan.

’’Sebenarnya saya masih ada hubungan darah dengan salah satu masyarakat pemilik rumah di Kampung Kemasan. Meski, jauh,’’ imbuhnya. Banyak cerita di objek wisata tersebut. Dia ingin cagar budaya itu semakin termasyhur.

Anak Sri Priyantini tersebut ingin potensi wisata di kota kelahirann­ya semakin berkembang. Gresik kaya budaya. ’’Sekarang sudah lahir batik Gajah Mungkur. Saya ingin masyarakat lain berkreasi,’’ ujar penghobi membaca tersebut. Karin ingin setiap cagar budaya ditata ulang. Wisata harus memberikan spot untuk pelaku usaha. Harapannya, di masingmasi­ng lokasi rekreasi tumbuh pusat oleh-oleh khas Gresik.

 ?? EKO HENDRI/JAWA POS ?? TERUS DIKEMBANGK­AN: Karina bersemanga­t menunjukka­n ITrip bersama Wahyu.
EKO HENDRI/JAWA POS TERUS DIKEMBANGK­AN: Karina bersemanga­t menunjukka­n ITrip bersama Wahyu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia