Modal Rp 20 Ribu Bisa Punya 11 Karyawan
Irham Hadi Pratama, Spikus
KEINGINAN berwirausaha muncul dalam diri Irham sejak belia. Ketika guru SMK-nya menyarankan siswa giat belajar untuk memperebutkan pekerjaan, Irham justru terinspirasi untuk membuka lapangan kerja.
Keinginan tersebut kian memuncak ketika teman SMP-nya memberi buku The Power of Kepepet. Terinspirasi dari buku itu, Irham pun menciptakan kondisi kepepet secara ekstrem. Saat masih duduk di semester V teknik elektro di sebuah PTN di Surabaya, Irham memutuskan resign.
Dia juga meminta orang tuanya berhenti memberinya uang jajan. Dalam kondisi kepepet itu, Irham mengembangkan Spikus. ’’Saya nekat berbisnis kue tradisional karena satu-satunya hal yang saya bisa hanya membuat kue,’’ katanya.
Spikus dikembangkan dari resep kue spiku kukus buatan ibunya. Farida, ibu Irham, memang biasa menerima order kue tersebut menjelang Lebaran. Usaha itu juga sempat diteruskan kakak-kakak Irham, namun tidak ada yang berhasil.
Pada 21 Januari 2012, Irham mulai mengembangkan Spikus dengan menawarkan spiku kukus secara online. ’’Saya menjual Spikus melalui Twitter. Saya buat akun baru dan memberikan promosi bagi 20 follower pertama bisa mendapatkan tester Spikus gratis,’’ terang pemenang Shell LiveWIRE Business Start-Up Awards 2014 itu.
Modal awalnya hanya Rp 20 ribu yang digunakan untuk membeli telur. Bahanbahan lain kebetulan sudah ada di dapur rumah orang tuanya. Dengan modal nekat, Irham berhasil membuat satu loyang kue yang bisa menjadi tiga pak.
Satu pak berhasil terjual, satu pak digunakan untuk tester, dan tersisa satu pak lagi. ’’Pembeli pertama saya justru membantu menjualkan sisa satu pak tersebut. Dia juga membantu retweet hingga ada salah satu stasiun televisi nasional yang tertarik meliput,’’ ujar bungsu dari lima bersaudara tersebut.
Sejak tayangan TV swasta tersebut, Irham kewalahan melayani pesanan. ’’Saya bahkan tidur hanya dua hari sekali di masa itu,’’ ujarnya. Setahun kemudian, Irham mulai merekrut beberapa karyawan di bagian produksi, administrasi, dan kurir. Total karyawan yang dimiliki Spikus saat ini 11 orang.
Spikus kini telah memiliki enam varian rasa, yakni canary season, choco cheese, choco lava, mocca raisin, tiramisu, dan black n white silverqueen. ’’Varian rasanya kami sesuaikan juga dengan perkembangan pasar dan keinginan konsumen,’’ ujarnya.
Penjualannya rata-rata 500 hingga 1.000 pak per bulan. Harga satu pak mulai Rp 23 ribu hingga Rp 90 ribu. ’’Ukuran kecil untuk menyiasati first customer yang ingin mencoba Spikus, tetapi masih enggan kalau harus membeli yang kemasan besar. Setelah mencoba, biasanya mereka lantas membeli yang ukuran lebih besar,’’ urai Irham. Berbekal promosi online, Spikus telah dikirim ke 70 kota di Indonesia. Meski demikian, mayoritas pembeli Spikus berada di Jabodetabek. Selama ini, mayoritas pembeli Spikus memang bertujuan sebagai hadiah atau oleh-oleh. Rasa Spikus sebagai kue tradisional yang cukup kuat memang membuat kue itu jarang menjadi konsumsi harian. (vir/c19/noe)