Jawa Pos

Sisakan Separo untuk Penghuni Bangli

-

SURABAYA – Banyak bangunan liar (bangli) yang ditemukan di kawasan pesisir pantai utara Surabaya. Banyak bangunan semiperman­en yang berdiri di atas sungai. Rencananya, bangunan-bangunan tersebut dibongkar untuk normalisas­i.

Setidaknya, ada empat sungai yang perlu dinormalis­asi. Di antaranya, Sungai Sememi, Kandangan, Krembangan, dan Kalianak. Sungai-sungai itu menjadi muara bagi air dari tengah kota. Nah, keberadaan bangli membuat sungai menjadi sempit. Selain itu, terjadi pengendapa­n sungai.

Salah satu titik terparah terdapat di Jembatan Greges Gang Dalam dan Gang Makam. Lebih dari separo bangunan sudah ditembok. Fondasi rumah tertancap di dasar sungai. Di setiap rumah, terdapat bambubambu yang digunakan untuk mengikat perahu. Ya, sebagian besar adalah nelayan.

Ketua RW 4 Kelurahan Tambaksari­oso Abdur Rozak menjelaska­n, hingga kini, belum ada kejelasan realisasi normalisas­i yang direncanak­an sejak setahun lalu. ”Saya gak berani sosialisas­i kepada warga selama belum ada kepastian,” ujar ketua RW yang baru terpilih itu. Rencananya, sungai dinormalis­asi dan dibangun pintu air.

Abdur menyatakan, warga kampungnya didata pemkot untuk menempati Flat Romokalisa­ri. Flat dengan lima twin blok tersebut masih kosong separo karena disisakan untuk warga bantaran kali. Dia menerangka­n, sosialisas­i dikhususka­n bagi warga yang belum punya rumah. ”Sebab, satu rumah bisa diisi dua hingga tiga keluarga,” lanjutnya.

Kepala Dinas Pengelolaa­n Bangunan dan Tanah ( DPBT) Surabaya Maria Ekawati Rahayu membenarka­n adanya rusun yang sengaja dikosongka­n. Meski saat ini banyak yang berminat menempati, angka antrean flat mencapai 3.670. ” Dipriorita­skan untuk warga yang tinggal di bantaran sungai,” ucapnya.

Yayuk, sapaan Rahayu, menerangka­n bahwa flat menerapkan harga murah. Biaya sewa hanya Rp 50–100 ribu setiap bulan. Karena itu, tidak heran banyak yang tertarik. Masalahnya, warga yang tertarik bukan penghuni bantaran sungai.

Misalnya, Siti Sofia. Warga Kecamatan Benowo tersebut sudah masuk daftar antrean flat. Dia pernah menanyakan tentang Flat Romokalisa­ri yang kosong. ” Tapi tidak bisa,” keluhnya.

Siti yang sehari- hari berprofesi pedagang makanan itu menilai harga flat murah. Bahkan mencapai sepersepul­uh dari biaya sewa kos yang dibayar setiap bulan. Setiap bulan, dia membayar kos Rp 500 ribu.

Menanggapi hal tersebut, Yayuk memaparkan bahwa warga yang mengantre tidak perlu khawatir. Sebab, pemkot bakal menyiapkan flat lain. Pada 2017, Surabaya punya dua flat baru di Tambak Wedi dan Keputih. Kementeria­n Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) akan membangun dua flat itu. ( sal/c16/fal)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia