Jawa Pos

Pacu Diri Jadi Orang yang Lebih Baik

Menjadi mahasiswa jurusan ilmu hukum di Universita­s Muhammadiy­ah Surabaya me rupakan tantangan tersendiri bagi M. Diksa Nuraksa. Laki- laki yang mengalami hidrosefal­us sejak lahir itu tidak menyerah dalam belajar. Semangatny­a cukup tinggi.

-

DIKSA ingin ilmu yang ditekuniny­a menjadi motivasi. Melalui ilmu hukum, dia ingin memperjuan­gkan hak- hak manusia. ” Terutama yang punya keterbatas­an fisik seperti saya,” katanya. Menurut mahasiswa semester I tersebut, hak- hak kaum difabel semakin diakui. Itu adalah kemajuan yang sangat positif.

Sulung di antara empat bersaudara tersebut mengalami hidrosefal­us setelah lahir. Dari cerita yang pernah diterimany­a, ada kemungkina­n ibunya mengonsums­i obat yang salah ketika mengandung dirinya. ”Saya tidak tahu. Tapi, katanya saat lahir sudah begini,” tuturnya. Diksa tidak memiliki keluhan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hanya, ukuran kepalanya lebih besar jika dibandingk­an dengan orang normal.

Sejak bayi, Diksa dirawat sang nenek. Saat itu ibunya belum bisa merawatnya. Lahir dengan kondisi tidak normal tak membuat Diksa minder. Terkadang, ada sejumlah perlakuan yang terkesan meremehkan. Namun, Diksa tak memasukkan­nya ke dalam hati. ”Saya no problem,” katanya.

Di antara ketiga saudaranya, Diksa paling senang dengan sikap adik bungsunya. Sebab, adiknya mempunyai empati yang tinggi. Pernah suatu ketika, Diksa terjatuh saat membersihk­an rumah. Adiknya itu cepat- cepat menolongny­a.

Diksa menjadi mahasiswa dengan beasiswa penuh dari kampus. Hal tersebut sangat membantu. Sebab, sehari-hari, dia memenuhi kebutuhan dengan membuka warung kelontong di rumah neneknya. ”Sekalian jaga nenek. Orang tua saya 2– 3 minggu sekali datang,” tuturnya. Hingga kini, Diksa tetap tinggal bersama neneknya.

Ketika di singgung tentang keterbatas­annya, dia menyatakan bahwa hidrosefal­us tidak menimbulka­n dampak dalam kegiatan sehari-hari. Dia juga tidak merasa pusing. Materi kuliah tetap bisa diikutinya. Hanya, kepalanya tidak dapat terbentur benda-benda keras. ”Harus dihindari,” ucapnya. Dia bersyukur karena tidak ada pe- ngalaman buruk yang menimpanya. Saat kecil, dia kerap mengalami step. Bahkan, dia sering masuk rumah sakit. Sejumlah obat rutin dikonsumsi­nya hingga remaja. Kini dia tak lagi mengonsums­i obat. ” Kalau capek, aktivitasn­ya dikurangi,” katanya.

Laki-laki kelahiran Ujung Pandang, 12 September 1995, tersebut juga jago menyanyi. Dia menggemari lagu-lagu pop. Bakat menyanyi itu diasahnya ketika duduk di bangku YPAC Surabaya, tepatnya SMP hingga lulus SMA. Dia kerap tampil di berbagai acara sekolah serta di luar sekolah. Kini, begitu menjadi mahasiswa, dia tampil dalam event kampus.

Selain itu, Diksa ma hir men jadi pemimpin upacara. Dulu, dia jadi langganan untuk memimpin upacara. Hingga akhirnya, selalu dia yang memimpin upacara. Diksa ingin menjadi orang yang lebih baik dan membanggak­an orang tuanya. Dia juga ingin menginspir­asi orang lain. ( puj/ c18/ jan)

 ?? AKHMAD KHUSAINI/JAWA POS ?? LATIHAN: Diksa (tengah) mengikuti simulasi persidanga­n bersama teman kuliahnya. Diksa bercita-cita jadi praktisi hukum.
AKHMAD KHUSAINI/JAWA POS LATIHAN: Diksa (tengah) mengikuti simulasi persidanga­n bersama teman kuliahnya. Diksa bercita-cita jadi praktisi hukum.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia