Peserta Amnesti Pajak Masih Wait and See
JAKARTA – Menjelang akhir tahun, pelaksanaan program amnesti pajak kembali disorot. Meski keberhasilan tax amnesty pada periode kedua tak sebesar periode pertama, perbankan telah mendapatkan imbas positifnya.
Bank-bank yang menjadi bank persepsi dan bank gateway makin banyak menerima permintaan layanan tax amnesty. Salah satunya, Bank Syariah Mandiri.
Accounting Group Head PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Suhendar menyatakan, hingga akhir November 2016, harta deklarasi tax amnesty di BSM mencapai Rp 6,64 triliun. Jumlah wajib pajak yang dilayani di satu-satunya bank gateway syariah itu sebanyak 978 peserta. Sekitar 84 persen merupakan wajib pajak (WP) orang pribadi.
”Nominal tax amnesty (dana repatriasi, Red) pada kami mencapai Rp 136,11 miliar,” kata Suhendar. Salah satu produk investasi yang diminati peserta tax amnesty di BSM adalah sukuk. Produk berbasis utang itu dianggap sebagai instrumen investasi yang aman dan berisiko rendah.
Selain Bank Syariah Mandiri, Bank OCBC NISP hingga akhir November lalu memperoleh tambahan likuiditas dari dana repatriasi Rp 3,5 triliun. Total WP yang mengurus tax amnesty di bank milik OCBC group Singapura itu sebanyak 7.700 WP. ”Banyak produk yang kami tawarkan kepada nasabah, mulai yang berisiko rendah sampai yang tinggi,” ujar Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja.
Namun, dia mengakui nasabah masih berhati-hati karena mayoritas dana repatriasi ditempatkan pada instrumen deposito. Hal tersebut diyakini akan terus terjadi hingga Maret 2017 atau ketika program tax amnesty berakhir. Alasannya, nasabah saat ini masih fokus pada perekonomian global, terutama rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS.
Sikap yang cenderung wait and see itu diyakini akan terus berubah seiring bunga deposito yang terus menurun. Bank OCBC NISP baru-baru ini juga menawarkan produk trust untuk peserta tax amnesty, tapi masih dalam tahap sosialisasi.
Berbeda dengan Parwati, CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengaku masih mengunggulkan produk reksa dana. Salah satu yang diunggulkan adalah reksa dana global berdenominasi dolar AS (USD). ”Harus banyak pilihan untuk customer. Kalau trust, rasanya kami belum akan main ke sana,” tuturnya. (rin/c5/noe)