Sempat Hilang, Urunan untuk Sediakan Dana Tradisional
Umumnya, saat hendak memulai masa tanam, petani langsung turun ke sawah. Namun, yang dilakukan warga Dusun Jatisari, Desa/ Kecamatan Pogalan, ini agak berbeda.
TINGGI matahari baru sepenggalah saat koran ini di areal persawahan yang masuk Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan. Di situ sudah berkumpul beberapa orang yang bukannya mempersiapkan proses pena naman, justru menghadapi hidangan.
Mereka mempersiapkan prosesi syukuran sebelum proses tanam padi dimulai. Tradisi tersebut sempat hilang cukup lama dan berusaha dihidupkan kembali. Mereka beranggapan bahwa kegiatan tersebut bisa memberikan berkah. ” Tradisi ini sempat hilang, tapi kami berusaha membangkitkan kembali,” kata Damin, salah seorang petani kepada koran ini kemarin.
Menurut dia, tradisi itu sebenarnya pernah ada dan hidup beberapa dekade lalu. Namun, ujar Damin, beberapa waktu silam, salah seorang warga punya ide untuk menghidupkannya lagi.
Gayung pun bersambut dan mendapatkan dukungan dari warga lain. Hingga akhirnya, acara tersebut bisa dilaksanakan. ”Ini merupakan ungkapan rasa syukur kami dan doa agar hasil panen bisa melimpah,” tambahnya.
Untuk mempersiapkan segala uba rampe acara, warga tidak bergantung pada pihak lain. Dengan urunan, akhirnya terkumpul cukup dana untuk membuat berbagai hidangan tradisional yang dibutuhkan untuk menggelar acara. Apalagi, makanan tersebut harus dibuat warga yang betul-betul memahami filosofi yang terkandung karena menyangkut isi dan jenis makanan.
Eko, warga lain, mengungkapkan, pihaknya memang tidak ingin upacara yang mengandung filosofi luhur tersebut hilang di zaman yang serbamodern ini. Sebab, pada momen inilah, semua bisa berkumpul dalam satu lokasi. Jadi, rasa kekeluargaan atau guyub rukun selalu terpupuk. ”Hal seperti ini sangat istimewa dan patut dilestarikan,” ujarnya. (and/c5/diq)