Jawa Pos

Tanpa Bayaran, tapi Selalu Luangkan Waktu

Usia Rumah Istimewa Paser (Rispa) terbilang belia. Namun, mereka sudah melakukan kegiatan yang bermanfaat. Rispa, Wadah Para Orang Tua Anak Berkebutuh­an Khusus

- MUHAMMAD NAJIB, Paser

RISPA adalah wadah bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuh­an khusus (ABK). Sejak setahun lalu, pergerakan dilakukan. Yakni, mendata orang tua dengan ABK yang mau bergabung.

Ketua Rispa Andi Wardhana menyatakan, komunitasn­ya ingin merangkul orang tua yang memiliki ABK. Maklum, selama ini, orang tua kerap merasa minder dan terasing karena memiliki ABK. Hal itu berdampak pada pola mendidik ABK.

’’Kami mencoba menyadarka­n masyarakat dan orang tua yang anaknya senasib dengan kami. Memiliki ABK bukan hal yang mudah, tapi kita harus bisa menerimany­a,” ujar lelaki yang sehari-hari bertugas di Bappeda Paser, Kalimantan Timur, tersebut.

Andi melanjutka­n, para ABK, terma- suk anaknya, sering menerima perlakuan yang kurang pantas. Karena itu, diperlukan peran aktif orang tua. Misalnya, menghindar­i menitipkan ABK ke sekolah luar biasa.

Melalui Rispa, para orang tua bisa bertanggun­g jawab terhadap pendidikan anak. Andi siap membantu dan berbagi ilmu tentang cara menangani ABK. Namun, dengan catatan, orang tua harus aktif.

Andi berterima kasih kepada sejum- lah relawan yang membantu membentuk Rispa. Sebab, tanpa bayaran sepeser pun, mereka berkenan meluangkan waktu dan tenaga sebagai wujud kepedulian terhadap ABK.

Dia mengaku belum memiliki data valid mengenai jumlah ABK. Dia menjelaska­n, hampir seluruh kecamatan memiliki ABK. Mereka menerima perlakuan serta pendidikan yang kurang layak, baik dari rekan sejawat maupun guru. ’’Di Desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah Grogot, misalnya, ada sekitar 40 ABK,” ucapnya.

Sementara itu, Asmuni Samad, asisten III Setkab Paser, menyatakan dukunganny­a terhadap komunitas tersebut. Menurut dia, pemerintah wajib memberikan perhatian khusus kepada ABK. Hal itu tertera dalam amanat undang-undang.

Meski pemkab belum memiliki wadah khusus, pihaknya akan ber- koordinasi dengan instansi terkait, khususnya dinas pendidikan dan dinas sosial, mengenai cara mendidik ABK. Selain memperhati­kan tenaga pendidik, diperlukan wadah seperti sekolah khusus yang fokus mendidik ABK.

’’Namun, ABK tetap perlu digabungka­n dengan anak normal agar terus bersosiali­sasi. Jangan sampai dipisahkan terus-menerus. Mereka harus membaur. Sebab, ABK kadang mempunyai kelebihan di atas rata-rata, tapi masih terpendam,” jelas Asmuni.

Dia berharap pendataan ABK di sepuluh kecamatan bisa dilakukan. Tujuannya, memudahkan koordinasi instansi terkait dalam membantu mewujudkan program. Daerah pun tak lagi bisa beralasan kekurangan anggaran untuk memperhati­kan ABK. Buktinya, Rispa dapat mengumpulk­an massa tanpa bantuan anggaran pemerintah. (*/ica/k16/ JPG/c18/diq)

 ?? NAJIB/KALTIM POST/JPG ?? PEDULI: Sejumlah relawan memperkena­lkan Rispa kepada masyarakat di Taman Simpang Lima Putri Petung, Tana Paser, Kabupaten Paser, kemarin.
NAJIB/KALTIM POST/JPG PEDULI: Sejumlah relawan memperkena­lkan Rispa kepada masyarakat di Taman Simpang Lima Putri Petung, Tana Paser, Kabupaten Paser, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia