Jawa Pos

Filosofi dari Buaya Menganga

-

GELAR aksi sekaligus berkreasi. Itulah yang tersaji dalam Parade ’’Bela Persebaya’’ kemarin. Ya, parade yang berlangsun­g sejak pukul 09.00 WIB tersebut tak hanya menjadi sarana Bonek untuk mengeluark­an unek-unek. Kegiatan itu sekaligus menjadi pesta seni dan kreativita­s. Sebab, banyak kreasi unik yang tertuang dalam parade tersebut.

Salah satunya adalah replika buaya berukuran 11 x 3 meter yang dibuat Bonek Sawahan. Untuk menggotong­nya di sepanjang rute parade, diperlukan 8–10 Bonek. Yang istimewa, mereka membuatnya dengan dana patungan. ’’Baru selesai bikin ini dini hari tadi (kemarin, Red). Ngelembur dan gotong royong demi kebanggaan, Persebaya,’’ ujar Rifi Hadju, salah seorang anggota Bonek Sawahan.

’’Kamimembua­tnyasejakR­abu(21/12)atau setelah ada rapat koordinasi Bonek se-Kecamatan Sawahan. Untuk nggotong- nya, kamigantia­n. Soalnya, lumayan berat. Tapi, apa pun itu akan terasa ringan untuk Persebaya,’’ imbuhnya, kemudian tertawa.

Rifi mengakui, biaya pembuatan berasal dari kantong masing-masing. ’’Murni inisiatif temanteman. Mereka total memberikan semuanya demi tim kesayangan, Persebaya,’’ tuturnya.

Tak berhenti di situ, pembuatan replika buaya raksasa tersebut memiliki filosofi tersendiri. ’’Mulut buaya yang menganga adalah bukti bahwa semakin kencang orangorang membungkam Persebaya, semakin berdengung pula perlawanan arek-arek Bonek,’’ ucapnya. (io/c18/bas)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia