Dijual Bebas, Tetap Perlu Petunjuk Ahli
PENGGUNAAN antibiotik bukan lagi jadi hal yang aneh. Padahal, antibiotik tergolong obat keras. Penandanya, logo lingkaran berwarna merah dengan huruh K di dalamnya. Namun, menurut apoteker Lisa Soegianto, antibiotik bisa diperoleh bebas di apotek. Hal tersebut sesuai dengan empat keputusan menteri kesehatan mengenai daftar obat wajib apotek.
”Ada beberapa antibiotik yang bisa dibeli tanpa resep dokter, tapi jenisnya tetap mengacu ke daftar obat wajib tersebut. Tujuannya, masyarakat bisa menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan,” kata pengajar di Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya tersebut. Apoteker bertugas memberikan edukasi tentang penggunaan dan jenis antibiotik kepada pembeli.
Lisa mengungkapkan, antibiotik hanya bermanfaat bila penyakit disebabkan mikroba. Menurut alumnus program magister Uni- versitas Gadjah Mada Jogjakarta itu, antibiotik hanya bekerja terhadap sel mikroba. ”Sebelum mengonsumsi antibiotik, kita harus paham jenis mikroba yang menyebabkan penyakitnya. Tidak semua mikroba bisa diatasi dengan satu antibiotik. Makanya, penggunaannya harus dengan petunjuk apoteker maupun dokter,” tegasnya.
Hal tersebut, menurut Lisa, kurang dipahami masyarakat. Perempuan kelahiran Surabaya, 29 Januari 1974, itu menyatakan, banyak yang beranggapan penyakit selalu disebabkan mikroba. ”Akhirnya, banyak yang minum antibiotik. Padahal, ada beberapa gangguan yang disebabkan sistem imun tubuh yang lemah. Bukan karena bakteri,” tegasnya.
Konsumsi antibiotik yang tidak tepat itu mengakibatkan mikroba kebal terhadap antibiotik alias membentuk resistansi. ”Mikroba yang terpapar antibiotik dalam waktu panjang akan merespons dengan menghasilkan enzim yang merusak kerja antibiotik,” kata Lisa. Selain itu, mikroba berpotensi mengalami perubahan sifat (mutasi) dan memengaruhi sel yang masih berfungsi normal.
Sebetulnya mikroba tidak hanya bisa ”dimatikan” dengan antibiotik. Beberapa bahan alami seperti daun sirih, lemon, dan kunyit dalam bentuk ekstrak juga berfungsi menghambat pertumbuhan mikroba. ”Efeknya tidak sebesar antibiotik, tapi pe ngo la hannya masih dalam pengembangan lebih lanjut,” ucapnya. ( fam/ c10/ayi)