Lingkungan Bersih, Warga Dapat Penghasilan Tambahan
Bank Sampah Kampung Arjuno Produksi Bioetanol dari Limbah Plastik
Banyaknya sampah plastik membuat Ilham Kamaruddin gelisah. Lelaki 28 tahun itu lantas memanfaatkannya sebagai bahan dasar untuk membuat bioetanol. Warga pun semangat karena mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan sampah plastik.
CAIRAN di dalam botol tersebut tampak seperti teh susu. Cairan itu berwarna cokelat muda dengan endapan abu-abu pada bawah botol. Baunya menyengat, mirip spiritus, tapi lebih tajam. Cairan bioetanol itu merupakan hasil olahan bank sampah Kampung Arjuno, Desa Bedanten, Bungah.
Kampung yang juara lomba Gresik Berhias Jawa Pos 2016 tersebut tergolong aktif dalam mengolah sampah. Semuanya tak terlepas dari campur tangan Ilham sebagai penggagas produksi bioetanol. Warga setempat rutin menimbangkan sampah anorganik di bank sampah dua pekan sekali. Plastik menjadi limbah yang paling mendominasi. Namun, tidak semua plastik memiliki nilai jual. ” Yang tidak laku dikumpulkan dan diolah (menjadi bioetanol, Red),” katanya.
Sejak adanya lomba Gresik Berhias Jawa Pos pada April lalu, warga kampung Arjuno mempunyai kebiasaan baru. Yakni, memilah sampah dan limbah rumah tangga. ”Sampah organik diolah menjadi kompos,” ucap Ketua RT 9, RW 3, Kampung Arjuno Mukhlis. ” Yang (sampah) plastik ditimbang di bank sampah dan diganti uang. Itulah ( uang) yang membuat warga semangat,” lanjutnya. Dengan kebiasaan tersebut, bank sampah bisa menghasilkan 250 mililiter bioetanol. ”Kadar oktannya mencapai 36. Hingga saat ini, belum dipakai,” terang alumnus Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura itu.
Alat pembuatan etanol tergolong sederhana. Hanya dibutuhkan drum besi bekas, pipa besi 1 meter dengan diameter 10 sentimeter, dan kaleng bekas. Pipa besi disambungkan pada drum dengan menggunakan las. Kaleng digunakan sebagai penampung air dingin di ujung pipa. ”Plastik dipanaskan. Asap hasil pembakaran itu akan mencair dan keluar melalui pipa besi. Hasilnya merupakan bioetanol mentah yang harus kembali diolah,” terangnya.
Ilham berencana menggandeng pemerintah untuk memproduksi bioetanol. Sebab, dibutuhkan plastik lebih banyak untuk produksi dalam jumlah besar. Selain itu, alatnya harus memadai. Dengan begitu, bioetanol berbahan plaatik bisa diproduksi secara masal.
Juga, diperlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut agar cairan bioetanol hasil olahan limbah bisa digunakan. ”Oktannya rendah. Kalau kembali diolah, minimal bisa setara dengan minyak tanah,” ucap suami Vivin Luthfiyah tersebut. (*/ c16/ ai)