Pemain Banyak, Sponsor Tidak Ada
JANGANKAN dibatasi usia di bawah 25 tahun, seandainya Divisi Utama musim 2017 menerapkan pembatasan usia jauh di bawah itu pun, PSMS Medan tak akan menemui kendala. Sebab, sejak tahun lalu, mereka telah membentuk berbagai skuad kelompok umur. Mulai U-15, U-17, sampai U-21.
Sebagai salah satu sentra kekuatan tradisional sepak bola di tanah air seperti disebut Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi, Medan dan sekitarnya memang dikenal kaya akan talenta. Bahkan, di Indonesia Soccer Championship lalu, ke-23 pemain PSMS merupakan produk pembinaan internal sendiri.
Persoalannya, melimpahnya materi itu tak diimbangi sokongan finansial. Jadilah tim-tim kelompok umur tersebut untuk saat ini belum aktif kembali. ’’Sampai saat ini, kami belum punya gambaran sponsor,” kata Plt Ketua Umum PSMS Kisharianto Pasaribu kepada Sumut Pos ( Jawa Pos Group).
Dibandingkan empat poros kekuatan tradisional Indonesia lainnya, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, PSM Makassar, dan Persija Jakarta, raihan PSMS selama era Liga Indonesia paling sepi. Mereka tak pernah meraih gelar.
Di Indonesia Soccer Championship B lalu, PSMS hanya setengah musim didukung sponsor. Yakni, sebuah perusahaan konfeksi celana jins. Parahnya lagi, PSMS tidak punya sponsor
apparel sekadar untuk menyediakan perlengkapan bertanding dan latihan. Kali terakhir sponsor apparel yang hinggap adalah Eutag pada 2012.
Untuk Divisi Utama tahun ini, PSMS memang sudah menunjuk pelatih muda, Slamet Riyadi, yang notabene juga kapten PSMS periode 1998–2001. Yang agak melegakan Slamet, sejumlah pemain senior seperti kiper Markus Horison dan bek Legimin Raharjo siap mudik membela panji Ayam Kinantan. ’’Meski kami punya banyak pemain muda, pemain senior tetap dibutuhkan untuk membimbing mereka,’’ kata Slamet. (don/JPNN/c17/ttg)