Hitung Kandungan Es Krim Sekaligus Gizi Teman
Biasanya ada sisa di setiap sesi makan siang, kini menu sayur-mayur selalu ludes di SD Muhammadiyah Manyar. Sayuran diolah menjadi es krim.
SAAT jam dinding SD Muhammadiyah Manyar menunjuk pukul 11.30, ribuan murid berhamburan keluar. Siswa kelas I, II, dan III menuju ke ruang makan. Sementara itu, murid kelas IV, V, dan VI pergi ke masjid untuk salat Duhur. Mereka makan dan salat bergantian.
Makan siang bersama merupakan kegiatan rutin sekolah di Jalan Amuntai, Perumahan Gresik Kota Baru (GKB), tersebut. Menu makanannya beragam. Mulai sayur sop, sayur bayam, hingga soto. Namun, banyak siswa yang tidak doyan makan sayur. Terutama sayur berwarna hijau. ”Kalau sop, suka wortelnya saja. Tidak suka buncisnya,” kata Fausta Rafif, salah seorang siswa.
Karena sejumlah siswa tidak senang mengonsumsi sayur, banyak menu sayuran yang tersisa. Kenyataan itu menginspirasi pembuatan es krim berbahan sayur. Ratarata sayur hijau.
Ratu Sakinatul Aqila, anggota tim pencipta es krim sayur, mengaku sedih menyaksikan sisa sayuran setiap selesai makan siang. Padahal, sayur adalah makanan adalah menyehatkan. Bocah 9 tahun tersebut lantas memikirkan cara mengolah sayur agar disukai siswa.
”Kalau dijadikan es krim, pasti banyak yang suka,” ucap siswa kelas V itu. Es krim berbahan sayur dapat menjadi alternatif. Kebutuhan gizi seimbang pun tercukupi. ”Belajarnya jadi semangat,” ujar putri pasangan Muhammad MaftukhinDini Ardiyanti tersebut.
Ratu menyatakan, cara membuat es krim sayur cukup sederhana. Dia hanya perlu menyiapkan bahan dasar seperti susu bubuk,
tape singkong, gula, dan sayuran. Mulai sawi, kangkung, hingga kentang. ”Tinggal diblender dengan es batu secukupnya. Semua orang bisa bikin kok,” tuturnya.
Ratu dan teman-temannya kemudian mengikutkan karya mereka dalam lomba yang diadakan perusahaan susu merek terkenal. Hasilnya? Mereka mengungguli peserta lain dari berbagai sekolah di seluruh Indonesia pada Desember 2016. Keempat siswa memperoleh gelar juara sebagai dokter kecil mahir gizi (DKMG). Mereka adalah Ratu, Vela Razita, Achmad Fajrul Falakh, dan Mohamad Darmawan.
Menurut Vela, anggota tim DKMG dari SD Muhammadiyah tidak hanya menonjolkan bentuk produk. Mereka mampu menganalisis kandungan gizinya. Termasuk status gizi teman-teman mereka. ”Harus hafal rumus indeks masa tubuh (IMT),” ujarnya.
Kini, mereka gencar berkampanye tentang pentingnya menjaga gizi seimbang. Sasarannya adalah teman sebaya dan anak taman kanak-kanak (TK). Tujuannya, anak-anak tidak mengalami status gizi lebih atau kurang. ”Anak-anak paling rawan,” kata Indah Nur Rahmawati, pembina UKS SD Muhammadiyah Manyar.
Es krim sayur diharapkan menjadi pembanding terkait kegemaran anakanak mengonsumsi makanan cepat saji ( junk food). Sebab, junk food bisa memicu berbagai masalah kesehatan. ”Kalau tidak dikontrol, anak-anak bisa obesitas,” tuturnya. (c18/roz)