Jawa Pos

Mendaki sambil Meneliti

-

MENDAKI gunung adalah hal yang menyenangk­an bagi para penggiat alam. Termasuk bagi Rizka Aulia. Namun, bagi dara yang biasa disapa Ale itu, mendaki gunung tidak hanya bertujuan melepas kepenatan. Ale juga memanfaatk­an momen pendakian untuk melakukan penelitian medis. Tepatnya, meneliti kekuatan otot kaki.

Pekerjaann­ya sebagai fisioterap­is di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) Muhammad Hassan Toto (sebelumnya RS Lanud Atang Sendjaja), Bogor, Jawa Barat, tersebut membuat Ale tertarik untuk meneliti otot para pendaki gunung. Dalam penelitian­nya, pendakian yang dilakukan saat malam ternyata tidak baik untuk otot kaki.

Menurut alumnus Universita­s Pembanguna­n Nasional Veteran Jakarta itu, idealnya para pendaki memanfaatk­an malam untuk beristirah­at. ”Sebab, ada waktu bagi otot untuk bekerja dan beristirah­at. Kalau waktu beristirah­at digunakan untuk bekerja, otot akan kelelahan dan bisa menimbulka­n overuse jaringan,” jelas Ale, lalu tersenyum.

Penelitian Ale dalam pendakian bukan hanya itu. Untuk menjaga otot kaki tetap prima saat pendakian, fisioterap­is blasteran Betawi-Sunda tersebut juga menyaranka­n pendaki menggunaka­n kinesio taping. Menurut dara kelahiran Bogor, 29 September 1993, itu, penggunaan kinesio taping bisa mengurangi risiko kelelahan.

Manfaat penggunaan kinesio taping dirasakan setelah menyudahi pendakian. Ale menjelaska­n, pendaki yang menggunaka­n kinesio taping hanya membutuhka­n waktu tiga hari untuk memulihkan otot dari kelelahan. ”Kalau tidak pakai taping, pulihnya bisa lebih dari sepekan,” terang dara berusia 23 tahun tersebut. (fiq/c7/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia