Usung Paham Keagamaan yang Menyejukkan
JAKARTA – Nahdlatul Ulama (NU) mengusung tema budaya dalam peringatan hari lahir (harlah) ke-91. Itu dilakukan untuk mengingatkan lagi bahwa budaya menjadi landasan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Agama tersebut bisa diterima karena disampaikan dengan santun dan sejuk sesuai kultur masyarakat.
”Harlah kali ini sengaja kami kemas secara budaya,” terang Ketua Panitia Harlah Ke-91 NU Masduki Baidlowi saat ditemui di kantor PB NU kemarin (30/1). Berbagai acara budaya digelar selama dua hari di markas ormas terbesar di Indonesia itu. Salah satunya pameran manuskrip yang menjadi bukti penyebaran Islam.
Ada sekitar 34 buku kuno yang dipamerkan. Misalnya kitab yang menceritakan Syekh Abdul Qadir Jailani yang ditulis pada 1925 dengan huruf Arab pegon berbahasa Jawa. Ada pula kisah Nabi Yusuf yang ditulis pada 1886 dalam bentuk tembang. Yang tak kalah menarik adalah buku tentang masuknya Islam di pesisir Jawa yang ditulis Kiai Ahmad Widang Bagus Ahmad Mustarim. Buku lawas itu ditulis di Lasem, tapi tahun penulisannya tidak disebutkan.
Yang paling banyak dipamerkan ialah manuskrip koleksi keluarga besar KT Pusponegoro, bupati pertama Gresik. Misalnya Serat Jatimurti yang berisi ajaran tasawuf dalam bentuk tembang Jawa. Ada juga Alquran tulisan tangan yang dibuat pada abad ke-18 serta Serat Warna-warni yang berisi ajaran ilmu fikih, tauhid, dan tasawuf.
Selain manuskrip, dipamerkan pula berbagai jenis keris. Total, ada 52 keris dengan berbagai pamor. Antara lain keris dengan pamor junjung derajat yang berasal dari Mataram dan keris berpamor beras wutah ngawat dari Tuban era Majapahit. Juga ada keris unik lain. Namun, tidak disebutkan kapan pusaka-pusaka itu dibuat.