Jawa Pos

Inflasi di Pedesaan Cenderung Lebih Tinggi

Pemprov Jawa Timur Koordinasi dengan BI

-

SURABAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di pedesaan lebih tinggi ketimbang di perkotaan. Padahal, pedesaan sebagai sentra produksi berbagai komoditas strategis tentu lebih kebal terhadap inflasi.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyatakan, penyebab tingginya tingkat inflasi di pedesaan perlu ditelusuri. Hal itu menjadi salah satu bahasan dalam pertemuan dengan kepala perwakilan Bank Indonesia wilayah IV di Surabaya yang baru, Difi A. Johansyah.

’’Penyebabny­a harus dicari. Tapi, diduga selama ini produsen telah menjadi konsumen. Petani di desa hasilnya dibawa ke kota, lalu petani membeli beras dari kota,’’ kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, setelah pertemuan di ruang kantor wakil gubernur Jatim kemarin (30/1).

Tingkat inflasi yang lebih tinggi di pedesaan juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah terkait dengan subsidi tarif dasar listrik. Belum lama ini pemerintah mencabut subsidi bagi pelanggan 900 VA. Selain itu, ada kenaikan pajak kendaraan, kenaikan tarif transporta­si, serta naiknya harga kebutuhan pokok seperti harga cabai. ’’Semua berpotensi memicu inflasi sehingga perlu dicarikan solusi untuk mengendali­kannya,’’ ujarnya.

Selain inflasi, dibahas penguatan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).Yakni, memperkuat pembiayaan untuk para pelaku usaha. ’’Baik pemprov maupun BI ingin memperkuat konsultan keuangan mitra bank (KKMB). Nanti KKMB fokus membantu pembiayaan bagi UMKM, meningkatk­an produk, serta membantu proses pemasarann­ya,’’ paparnya.

Gus Ipul menambahka­n, pertemuan tersebut juga membahas percepatan gerakan nontunai ( e-commerce). Transaksi nontunai terus meningkat, bahkan saat ini sudah mencapai 24 persen. ’’Pemerintah dan BI akan mendorong terus gerakan nontunai ini,’’ ucapnya. (res/c17/sof)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia